Saya pernah mengalami satu kejadian di masa lalu, yang selalu saya ingat. Saya memuji dengan tulus seorang rekan kerja tentang sandal yang dia miliki. Bentuknya sederhana tapi manis dan sangat nyaman dipakai saat saya mencobanya. Saya menanyakan, dimana belinya sandal ini? Reaksinya diluar dugaan. Dia tampak tersinggung dan mengatakan dengan ketus: "Jangan menghina saya!" Sejenak saya tertegun, dan mulai introspeksi, apakah ada kata-kata saya cenderung menghina? Sampai sekarang belum ketemu jawabnya.
Selanjutnya, dalam berbagai interaksi kehidupan, saya banyak menemukan orang-orang yang bereaksi berlebihan dan tak terkendali emosinya disebabkan oleh hal-hal yang menurut kita sepele. Ternyata memang ada beberapa orang yang memiliki kondisi mudah jengkel, tersinggung dan marah.
Kenapa bisa ada orang-orang seperti ini?
Sebelum mengarah kepada masalah kejiwaan, memang perlu diperiksa juga secara fisik, medis dan efek samping obat. Menurut beberapa sumber, secara fisik, orang yang kurang tidur, gula darah rendah, infeksi telinga, sakit gigi, beberapa gejala terkait diabetes, gangguan pernapasan tertentu dan flu, akan cenderung mudah marah. Perubahan hormonal juga dapat memengaruhi suasana hati , misalnya menopause, sindrom pramenstruasi (PMS), sindrom ovarium polikistik (POS), hipertiroidisme. Efek samping obat yang kita minum juga bisa mempengaruhi mood dan emosi, misalnya penggunaan obat, alcohol, nikotin dan cafein
Beberapa pemicu kemarahan yang umum biasanya berkisar dari masalah pribadi, seperti kehilangan promosi di tempat kerja, mengalami penolakan dalam sebuah  hubungan  atau masalah-masalah yang disebabkan oleh orang lain seperti membatalkan rencana, kemacetan lalu lintas yang parah.
Mudah marah dan tersinggung dapat diindikasikan adanya gangguan emosi pada seseorang, bila kondisi ini telah mengganggu hubungan dan kehidupan sosial; mulai melakukan kekerasan pada saat marah, mengancam orang lain, terjadi hampir setiap hari, meledak-ledak tanpa bisa dikendalikan, sementara pemicunya merupakan hal yang sederhana. Bila hal ini terjadi, sudah saatnya meminta bantuan profesional (psikolog atau pskiater).
Dalam kondisi yang umum, kita bisa melakukan upaya-upaya mengurangi keinginan untuk marah atau gampang jengkel dengan berbagai cara, diantaranya adalah mempelajari Teknik relaksasi, mengubah pola fikir, menyelesaikan masalah yang menggantung, mempertinggu rasa humor dan membiasakan mengecek ulang sebuah informasi. Seseorang pemarah cenderung suka langsung mengambil kesimpulan, tanpa melakukan konfirmasi apakah info yang diterima itu akurat atau tidak.
Melampiaskan emosi dalam bentuk kemarahan sangatlah manusiawi dan sehat. Bila kemarahan tidak bisa dikelola dengam baik, akan menghancurkan hubungan keluarga dan kehidupan sosial. Memiliki atasan, rekan kerja satu tim atau anggota keluarga yang memiliki sifat ini seringkali menumbuhkan stress yang signifikan bagi orang-orang terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H