Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Keterikatan Emosi yang Tidak Sehat

2 Maret 2022   13:32 Diperbarui: 2 Maret 2022   13:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi dekat dengan seseorang bisa menjadi perasaan yang luar biasa dan mengaktifkan respons emosional yang penting dalam diri kita. Tetapi jika kita merasa terlalu terikat dengan seseorang hingga bisa diibaratkan seseorang itu sudah seperti separuh nafas kita, kita perlu  bertanya pada diri sendiri, bagaimana bisa terjadi.

Keterikatan memainkan peran penting dalam hubungan manusia. Ikatan paling awal dengan orang tua dan anggota keluarga, kemudian bisa berkembang kepada keterikatan dengan teman dan pasangan romantis di kemudian hari.

Kita tidak selalu merasa terkat secara emosi kepada seseorang karena ketertarikan romantis atau fisik. Kedekatan dengan sahabat, rekan kerja, asisten rumah tangga cukup membuat kita merasa terhubung. Keterikatan seperti ini umumnya membantu kita merasa aman, nyaman, bahagia dan selalu gembira.

Kapan mulai tidak sehat?

Keterikatan secara emosi mulai berdampak negatif pada saat:

  • Kita selalu mengandalkan persetujuan dan pendapatnya. Ketika berbeda pendapat, kita merasa tidak percaya diri, cemas, hampa, tertekan dan ada ketakutan dia tidak akan lagi mendukung kita. Dalam perkembangannya bisa berbahaya apabila kebetulan orang tersebut memiliki sifat toxic. Bisa jadi dia akan memanipulasi kebutuhan dan perasaan kita untuk mengendalikan hubungan dan membuat kita akan selalu tergantung kepadanya.

  • Kita tidak lagi bisa menjadi diri sendiri serta merasa merasa tidak bisa hidup tanpanya. Untuk itu kita terus memaksakan diri untuk mengubah kebiasaan, minat dan perilaku kita hanya untuk bisa terus diterima dan menyenangkannya. Sebetulnya menjadi hal yang normal jika kita sekali-sekali melakukannya, namun akan menjadi kurang sehat jika sampai tidak memiliki waktu untuk diri kita sendiri (me time) serta mempertahankan hobby dan minat kita sendiri.

  • Kita sangat tergantung kepadanya dalam memenuhi hampir semua keperluan kita dan merasa tidak bisa berfungsi apa-apa tanpanya. Karena terbiasa bergantung kepadanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita terlalu mengandalkan dukungannya,  sehingga tidak pernah belajar cara untuk memenuhi kebutuhan tanpa dia.

  • Hubungan yang tidak seimbang. Hal ini terjadi pada saat salah satu pihak kurang seimbang dalam memberikan dukungan, waktu, perhatian Pihak lain/pasangan yang merasa selalu memberikan dukungan dan perhatian secara penuh pada akhirnya mungkin akan merasa lelah sendiri, putus asa, kesal, karena merasa dan tidak adil

Bagaimana cara menghentikan keterikatan emosi yang mulai kurang sehat?

  • Melakukan refleksi diri untuk memperjelas nilai-nilai kehidupan. Aapa sebentarnya yang kit acari dalam hidup ini
  • Kembali menekuni hal-hal atau hobby yang kita sukai selama ini
  • Beri diri kita waktu untuk melewati proses yang tidak mudah ini dan maklumi diri bila ada perasaan tidak nyaman dan hampa saat melakukan upaya ini
  • Luangkan lebih banyak waktu untuk keluarga dan sahabat-sahabat lama yang mungkin pernah kita abaikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun