Manusia selalu takut dengan jinn. Mahluk yang konon tak kasat mata dan senang mengganggu manusia. Mahluk yang sering dikaitkan dengan iblis jahat. Kerap membuat para manusia kesurupan sehingga ayat qursi acap kali didengungkan demi melindungi diri. Lantas, memang benarkah jinn itu tidak kasat mata? Lalu benarkah juga bahwa jinn itu senang mengganggu manusia?
Oke, kali ini penulis akan mencoba membedah seperti apa jin itu. Tentu saja pembedahan ini menggunakan akal dan pemikiran yang mungkin akan terdengar sedikit gila. Pembedahan perihal jin ini juga akan menggunakan persepsi sudut pandang Islam yang mungkin belum banyak diketahui. Mungkin setelah membaca tulisan ini anda sekalian akan mengecap saya murtad, bahkan akan mengecam saya dengan sebutan gila. Oke kita mulai saja.
Kata jinn berasal dari bahasa Arab. Leksikon pada bahasa Arab memberikan beberapa macam makna pada kata ini. Jika kita telisisk, secara harfiah kata jinn berarti segala sesuatu yang bertalian dengan segala hal yang tersembunyi, tidak kasat mata, menyendiri dan jauh. Pengertian ini yang oleh banyak orang ditelan secara mentah-mentah. Padahal jika ditelisik secara lebih dalam, kata ini bisa diartikan lebih jauh.
Kata jinn juga bisa dikonotasikan sebagai rona yang gelap dan bayangan yang kelam. Oleh sebab itu kata jannah (dari akar yang sama) digunakan oleh Al Quran untuk mengilustrasikan surga dan kebun-kebun yang rindang. Kata jinn juga bisa dikonotasikan kepada ular yang biasanya hidup bersembunyi di celah batu dan liang tanah serta terpisah dari hewan.hewan lainnya. Penduduk dari gunuing-gunung yang jauh dan tidak bisa dijangkau juga bisa disebut sebagai jinn. Bisa dikatakan bahwa segala sesuatu hal yang berada di luar jangkauan penglihatan manusia termasuk kedalam makna kata tersebut.
Rasulullah SAW melarang keras umatnya untuk menggunakan kotoran ternak yang kering atau belulang dari hewan mati untuk digunakan membersihkan diri setelah buang air kecil atau besar, dengan mempertimbangkan bahwa benda-benda itu merupakan makanan jinn.
Di zaman modern seperti ini lumrahnya manusia akan menggunakan tisu atau air yang bersih untuk membersihkan diri setelah buang air, tapi pada masa itu manusia menggunakan gumpalan tanah, batu, atau benda kering lainnya untuk membersihkan diri. Oleh sebab itu bisa kita simpulkan apa yang Rasulullah SAW maksud sebagai jinn adalah organisme yang tidak terlihat oleh mata yang memakan tulang ataupun kotoran yang mengering dan lain-lain.
Hal yang perlu menjadi catatan di sini adalah bahwa pada masa itu konsep tentang bakteri dan virus belum dikenal. Tidak ada manusia yang pada masa itu mengenal konsep bakteri dan virus secara detail ataupun tentang bayangan sekelumit perihal organisme. Tak ada yang lebih baik atau lebih tepat untuk mengekspresikan hal tersebut bagi beliau SAW selain kata jinn.
Bangsa jinn dalam Al Quran disebut penciptaannya terbuat dari semburan api (dari kosmos):
وَالْجَانَّاخَلَقْنَاهُمِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِالسَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
(QS. Al Hijr: 27)