Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Kematian Itu Menular...

9 Desember 2015   02:26 Diperbarui: 9 Desember 2015   02:35 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah beberapa bulan bekerja di panti jompo, saya menyadari ada hal yang unik dalam kehidupan para lansia di panti ini, atau mungkin juga di panti lain, yaitu kematian yang “menular”. Kenapa saya menyebutkan kata “menular”? Karena setiap ada satu penghuni panti yang sekarat, entah kenapa penghuni panti yang lain di lain kamar ikutan sekarat juga. Logikanya ya namanya orang lansia yang udah berumur, pasti cepat atau lambat akan dipanggil Yang Maha Kuasa. Tapi gak tahu kenapa, hal ini cukup menggelitik batin saya. Seakan-akan saya merasa, malaikat maut yang berada di panti ini, gak beranjak dari panti, karena dari satu penghuni yang sekarat lalu meninggal, yang lain tiba-tiba meninggal juga.

Entah kenapa kalau saya sedang merawat penghuni panti yang sedang sekarat, sering terlintas dalam pikiran, apa mereka berdoa juga ya supaya dosa-dosanya diampuni? Apa sih yang mereka pikirkan ketika sekarat? Terkadang yang membuat saya sedih adalah saat ajal hampir menjemput mereka selalu terlihat kesakitan. Oleh karena itu kebijakan di panti ini adalah injeksi morfin atau pereda sakit yang bisa meringankan rasa sakit mereka. Saya merasa kasihan juga terhadap lansia ini, kenapa Sang Pencipta gak langsung kirim malaikat mautnya untuk “mencium” mereka saja, sehingga mereka gak kesakitan. Justru yang sering terjadi adalah malaikat mautnya nongkrong-nongkrong dulu, mondar-mandir ikut sang penghuni ke rumah sakit, sampai akhirnya sang penghuni dijemput ajalnya…..

Dahulu saya selalu takut akan kata “kematian”, “meninggal”,”sekarat”. Sekarang saya sudah terbiasa. Yang dulunya saya takut kalo ada mayat, sekarang mau gak mau harus memandikan dan memakaikan baju untuk sang mayat. Perasaan saya sejak tinggal di Eropa, menjadi agak datar. Ketika masih di Indonesia, saya penakut. Tapi ketika tinggal di Belanda, Belgia, semua jadi biasa saja. Orang-orang Eropa terlalu materialistis, dalam artian, mereka gak percaya kalau gak melihat dengan mata sendiri. Gak ada yang namanya hantu, dedemit, jin, or makhluk gak kasat mata bagi mereka. Apa saya jadi ketularan seperti orang-orang Eropa ini?? Kenapa semuanya jadi serba menular??

Kematian selalu berada di dekat kita, karena manusia sebenarnya makhluk yang paling rentan terhadap kematian. Namun yang sering terlihat adalah manusia makhluk yang sombong yang lupa betapa rentannya dia terhadap penyakit, kecelakaan, kemiskinan dan bencana lainnya. Semoga dengan begini saya bisa selalu ingat bahwa kematian itu bisa di mana saja, kapan saja. Intinya ya, suka-suka Sang Pencipta plus bawahannya yang disuruh jemput ajal manusia, yaitu malaikat maut yang “menularkan” kematian pada manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun