Mayoritas bencana yang terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. Meskipun ada kecenderungan masalah bencana hidrometeorologi di Indonesia semakin memburuk dari waktu ke waktu, namun rata-rata jumlah kejadian ini setiap tahunnya berbeda-beda. Menurut data BMKG, banjir menyebabkan sebagian besar bencana hidrometeorologi di Indonesia pada tahun 2010.Â
Selanjutnya, frekuensi banjir menurun dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2017. Longsor, puting beliung, dan banjir merupakan bencana hidrometeorologi yang paling sering terjadi pada tahun 2019, menurut ke data. Tidak terlepas dari dampak perubahan iklim yang kini dirasakan di setiap wilayah di dunia, termasuk Indonesia, adalah bencana hidrometeorologi.
Pada triwulan akhir tahun 2020, kejadian bencana hidrometeorologi mendominasi bencana di Kabupaten Magelang. Lebih dari 79% kejadian bencana bersifat hidrometeorologis. masing-masing, 54% tanah longsor, 24% angin kencang, dan 1% banjir. Antara Januari hingga Desember 2020, terjadi 428 situasi bencana yang menyebabkan lebih dari 800 orang harus mengungsi dan 8 orang luka-luka. Selain korban jiwa, bencana tersebut juga menimbulkan kerugian material, termasuk 320 rumah rusak berat (16 unit rusak berat). rusak berat, 25 unit rusak sedang, dan 279 unit rusak ringan).
Berikut ini merupakan Data Bencana Hidrometeorologi yang pernah terjadi di Kabupaten Magelang sejak tahun 2016 -- 2020:
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menunjukkan sejak tahun 2016 hingga 2019 kejadian bencana di Kabupaten Magelang mengalami fluktuasi secara jumlah. Tahun 2016 hingga 2019 secara umum terjadi kenaikan, namun kenaikan paling signifikan terjadi dari tahun 2018 ke tahun 2019, bertambah sebanyak 177 kejadian bencana.
Tanah longsor merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Kabupaten Magelang pada tahun 2020. Tercatat sebanyak 253 kasus tanah longsor. Ada 103 kejadian angin kencang atau puting beliung dan 3 kejadian banjir. Karena Kabupaten Magelang memiliki musim hujan yang lebih panjang dan fenomena La Nina di penghujung tahun yang dapat meningkatkan akumulasi curah hujan dan menyebabkan bencana hidrometeorologi semakin sering terjadi, maka bencana hidrometeorologi ini terjadi hampir di seluruh kecamatan di Magelang. Daerah.
La Nina, Fenomena Iklim Dunia yang telah terjadi sejak awal Oktober 2020 dan diperkirakan akan berlangsung hingga April 2021 dengan intensitas La Nina lemah hingga sedang, dikatakan sebagai penyebab musim hujan 2020--2021. Dengan demikian, diperkirakan Kabupaten Magelang akan menerima curah hujan lebih banyak dari biasanya pada musim hujan tahun 2020--2021. Banjir, tanah longsor, angin kencang, dan angin puting beliung merupakan contoh bencana hidrometeorologi yang dapat dipengaruhi oleh fenomena La Nina.
Topografi wilayah Kabupaten Magelang yang bervariasi menjadi persoalan lain. Geografi Kabupaten Magelang umumnya datar (8.599 ha), bergelombang (44.784 ha), curam (41.037 ha), dan sangat curam (14.155 ha). pada ketinggian rata-rata 360 meter di atas permukaan laut dan terletak pada ketinggian 200 hingga 1300 meter.Â
Pegunungan Menoreh yang membujur dari selatan (Kabupaten Borobudur) hingga barat daya (Kabupaten Salaman) merupakan salah satu dari lima gunung di sekitar cekungan (basin) yang terbentuk karena topografi. Empat gunung lainnya adalah Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Sumbing. Di Kabupaten Magelang, keadaan ini sering menyebabkan tanah longsor.
Kesimpulan