Mohon tunggu...
Zukhruf Kalyana Mukti
Zukhruf Kalyana Mukti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Bachelor of psychology from Sarjanawiyata Tamansiswa University. Interested in social and psychological issues

Selanjutnya

Tutup

Financial

Di Masa yang Akan Datang, Sistem Transaksi Konvensional Tak Lagi Relavan

27 Oktober 2024   17:28 Diperbarui: 27 Oktober 2024   17:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang Digital | Sumber Gambar : Gapura Office

Sistem transaksi berawal dari kebutuhan manusia yang tidak dapat dipenuhi sendirian. Maka, saat itu lahirlah sistem barter atau tukar barang untuk memenuhi kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, sistem barter atau tukar barang ini memiliki kelemahan karena manusia kesulitan mendapatkan barang untuk ditukarkan dengan nilai yang seimbang. 

Melalui proses yang panjang, maka terciptalah uang sebagai alat transaksi seperti yang kita miliki saat ini. Uang pun akhirnya menjadi alat pembayaran yang sah. Satu-satunya syarat agar uang dapat menggerakan roda ekonomi ialah kepercayaan akan fungsi uang itu sendiri. 

Setelah uang menjadi alat transaksi yang sah, maka lahirlah institusi yang bertanggung jawab menjaga stabilitas nilai serta muncullah berbagai badan usaha yang menghimpun dana. Sama seperti sistem barter yang memiliki kekurangan, sistem transaksi saat ini juga memiliki kekurangan. Hal ini dikarenakan sistem uang yang konvensional menguntungkan bagi kaum kapitalis dan tak jarang merugikan rakyat kecil. 

Lho kok bisa? Jadi, dalam perjalanan uang (baik dalam bentuk tunai, tabungan hingga kredit) seringkali memuat biaya administrasi, bunga hingga denda yang besar. Bagi sebagian orang yang tidak mampu, hal ini dapat membuat krisis seperti masalah hutang. Sangat kapitalistik. Selain itu, dalam sistem keuangan saat ini yang memiliki bank sentral sangat memungkinkan kondisi keuangan kita dapat diatur-atur oleh kaum 'atas'. 

Beberapa contoh diantaranya adalah negara Zimbabwe dan Venezuela yang mengalami inflansi besar-besaran karena mencetak uang berlebihan sehingga uang yang dimiliki warganya tak bernilai. Lain lagi dengan Argentina. Pada tahun 2003, saat mengalami permasalahan finansial, pemerintah Argentina justru membekukan uang penduduknya! Wow! Dapat dipastikan bahwa manusia akan selalu mengalami perubahan seiring zaman. Kita menyukai kemudahan, kenyamanan dan menuntut kemajuan demi hidup yang lebih baik. Contohnya Nadiem Makarim. 

Mas Mentri tersebut merupakan pencipta aplikasi ojek online yang dikenal dengan Go-Jek. Mengapa? Karena beliau malas. Ia menuntut kemudahan transportasi seperti ojek yang menghampiri kerumah sehingga tidak perlu bersusah payah jalan kaki menuju pangkalan ojek. Begitu juga dengan uang sebagai sistem transaksi, akan ada teknologi baru yang mengubah tata cara kita dalam bertukar nilai. Barangkali nantinya kita akan menggunakan sistem transaksi uang digital yang lebih aman, terdesentralisasi, cepat dan tidak ribet. Tentunya tanpa sistem bank sentral dan mata uang terpusat seperti transaksi konvensional saat ini. 

Misalnya uang digital Kripto seperti Bitcoin dan Litecoin yang menggunakan teknologi Blockchain, dimana sistem dari uang digital tersebut dapat mengatasi kekurangan dari transaksi konvensional kita. Di Indonesia, investor kripto . Hal ini menandakan sudah banyak penduduk yang mulai menggunakan uang digital Kripto. Dilansir dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (2022), jumlah investor Kripto tercatat mencapai 16,1 juta hingga akhir Agustus 2022. 

Jika dibandingkan dengan data akhir tahun 2021, jumlah investor Kripto telah mengalami kenaikan sebesar 43,75% dalam periode 2022. Selain merilis soal kenaikan , Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Barangkali hanya tinggal menunggu waktu hingga sistem transaksi seperti ini tersosialisasikan dan membudaya sehingga menggantikan transaksi kovensional, seperti saat peralihan sistem barter menuju uang tunai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun