Magelang, kota kecil nan penuh pesona di Jawa Tengah, menyimpan jejak sejarah yang mungkin tak banyak diketahui orang. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1930, Magelang tercatat sebagai kota dengan jumlah diaspora Eropa terbesar ke-9 di Hindia Belanda, mengungguli Makassar yang berada di posisi ke-10, tetapi sedikit di bawah Medan di peringkat ke-8. Lima tahun kemudian, jumlah diaspora Eropa di Magelang terus bertambah, mencapai angka sekitar 4.500 jiwa pada tahun 1935. Kehadiran komunitas ini tentunya memberikan dampak besar pada berbagai aspek kehidupan di Magelang pada masa itu, mulai dari arsitektur, budaya, hingga perkembangan ekonomi.
Sejarah panjang itu memunculkan rasa penasaran saya terhadap kehidupan Eropa yang pernah tumbuh subur di Magelang. Berawal dari rasa ingin tahu ini, saya menemukan komunitas Mlaku Magelang. Komunitas ini merupakan wadah bagi siapa saja yang tertarik mendalami sejarah Magelang melalui kegiatan unik yang mereka adakan, yaitu #MagelangWalkingTour.
Setiap akhir pekan, beberapa kali dalam sebulan, komunitas ini mengajak para peserta menjelajahi sudut-sudut kota Magelang dengan rute yang dirancang khusus. Dipandu oleh Mas Gusta, sang inisiator sekaligus pemandu utama, perjalanan ini tidak hanya menjadi ajang berolahraga ringan, tetapi juga perjalanan waktu yang penuh makna. Mas Gusta dengan antusias membagikan pengetahuannya, menceritakan setiap kisah dan fakta sejarah yang pernah terjadi di sepanjang rute yang dilewati.
Salah satu rute yang menjadi favorit adalah kunjungan ke lokasi bekas Pabrik Es Sanitas, yang dulunya dikenal sebagai Ijsfabriek Sanitas. Berdasarkan informasi yang saya temukan di blog Mblusukmen, pabrik ini merupakan salah satu peninggalan Eropa yang sempat berjaya pada masanya. Didirikan pada 1896 oleh seorang pengusaha Belanda, pabrik ini memproduksi es balok untuk kebutuhan masyarakat Eropa di Magelang. Namun, seiring berjalannya waktu, pabrik tersebut mengalami pasang surut hingga akhirnya hanya menjadi cerita masa lalu. Kisah ini menjadi salah satu bukti nyata bagaimana pengaruh kolonialisme Eropa mewarnai kehidupan kota ini.
Bagi saya, berjalan kaki sembari mendengarkan cerita-cerita sejarah adalah perpaduan yang sempurna---menggabungkan dua hal yang saya sukai. Pengalaman ini semakin berarti ketika dilakukan bersama orang-orang yang memiliki minat serupa. Mlaku Magelang tidak hanya menjadi tempat untuk belajar sejarah, tetapi juga ruang untuk bertukar ide dan membangun koneksi.
Jika Anda ingin merasakan pengalaman serupa, komunitas ini terbuka untuk siapa saja. Namun, karena jumlah peserta dalam setiap sesinya terbatas, pastikan Anda segera mendaftar. Mari kita berjalan bersama, menyusuri jejak masa lalu, dan menemukan cerita baru di setiap langkah. Sampai jumpa di akhir pekan!
Sumber: https://mblusukmen.blogspot.com/2020/01/ijsfabriek-sanitas-ozonia-pasang-surut.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H