Mohon tunggu...
Padmo Adi
Padmo Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya seorang pemikir bebas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marxisme

20 Desember 2011   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kajian Humanisme Marx (Muda) Marx Muda Berbeda dengan binatang manusia tidak dapat menggantungkan diri langsung dari alam. Manusia harus mengolah alam dulu sehingga dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Manusia adalah makhluk paradoksal; satu sisi manusia adalah bagian dari alam, di sisi lain manusia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing baginya. Maka, manusia bekerja. Pekerjaan adalah usaha untuk memanusiakan alam. Pekerjaan merupakan tanda bahwa manusia, berbeda dari binatang, merupakan makhluk yang bebas dan universal karena manusia tidak hanya melakukan apa yang menjadi kecondongannya. Manusia universal karena tidak terikat pada lingkungan alam. Di dalam pekerjaan manusia menyatakan diri. Manusia adalah hasil dari pekerjaannya sendiri. Segenap jati dirinya diobyektifkan melalui pekerjaannya. Seorang aktor akan benar-benar menjadi seorang aktor ketika dia tengah memainkan drama. Seorang penyair akan sungguh-sungguh menjadi penyair ketika dia menulis puisi. Hal yang sama juga berlaku bagi pekerjaan-pekerjaan yang lain. Pekerjaan mencerminkan hakikat manusia. Dan, dengan pekerjaan alam dimanusiakan; manusia mengubah alam. Lahan yang rimbun diubah dan diberi sentuhan artistik menjadi kebun yang indah. Hanya manusia yang mampu memberi nilai artistik, binatang tidak. Maka, di dalam pekerjaan itu seharusnya manusia merasa senang. Hal itu nampak ketika kita merasa puas dan bangga dengan pekerjaan yang telah kita selesaikan. Pekerjaan juga merupakan tanda bahwa manusia adalah makhluk sosial. Seorang penulis naskah membuat naskah drama. Naskah drama itu diintepretasikan oleh seorang sutradara. Sutradara membutuhkan kepiawaian para aktor untuk menerjemahkan intepretasinya terhadap naskah itu. Para aktor membutuhkan setting-man untuk menata panggung tempat mereka bermain drama. Dan, permainan drama mereka ditonton oleh khalayak ramai sebagai hiburan atau referensi. Para penonton mengapresiasi pertunjukkan drama tersebut sehingga para aktor, setting-man, sutradara, dan penulis naskah merasa diakui dan dibenarkan oleh orang lain. Penonton yang berbahagia membuat mereka merasa menjadi bagian yang berguna dari masyarakat. Pekerjaan membuat manusia berinteraksi satu sama lain. Manusia adalah makhluk sosial. Marx menolak individualisme dan kolektivisme (komunisme kasar). Dengan rangkaian pekerjaannya itulah manusia menyejarah. Karena di dalam pekerjaannya, manusia bersama-sama membangun suatu dunia di dalamnya manusia hidup, memanusiakan alam untuk kebutuhan-kebutuhannya, berinteraksi dengan sesama, dan membangun diri dari generasi ke generasi. Pekerjaan menjadi ikatan antar generasi. Seorang aktor di abad XXI memiliki ikatan dengan W.S. Rendra dan bahkan William Shakespeare oleh karena pekerjaan mereka di dunia drama. Sejarah bagi Marx merupakan sebuah dialektika. Namun, bukan dialektika roh sebagaimana Hegel, melainkan dialektika materialis. Sejarah bagi Marx adalah “Materialis Sejarah”. Kata “materialis” yang dipakai Marx sering disalah artikan sebagai “bahwa kenyataan terakhir alam semesta adalah materi”. Marx tidak pernah mempersoalkan hal itu. Maksud Marx dengan “Materialis Sejarah” adalah bahwa sejarah dibentuk dari pekerjaan jasmaniah (produksi) sebagai kegiatan dasar manusia dan pekerjaan manusia itulah yang nyata, bukan pemikirannya (dilawankan dengan Hegel). Alienasi Manusia Feurbach mengatakan bahwa manusia di dalam agama memproyeksikan diri dan menarik proyeksi itu hingga ke ujung-ujungnya untuk kemudian menyembahnya sebagai Tuhan; manusia mengasingkan diri di dalam agama. Namun, Marx mengkritik Feurbach bahwa dia tidak menjelaskan mengapa manusia sampai mengasingkan diri di dalam agama. Maka, Marx menjelaskan bahwa keterasingan diri manusia di dalam agama hanyalah merupakan simtom dari keterasingan yang lebih mendasar di dalam ekonomi dan produksi. Seharusnya manusia bahagia, gembira, dan mendapat kepuasan dengan pekerjaannya. Akan tetapi, di dalam sistem kapitalisme kenyataan justru sebaliknya. Pekerjaan itu telah menjadi pekerjaan paksa bagi manusia. Manusia bekerja bukan karena dia menikmati pekerjaannya, melainkan karena itulah satu-satunya hal yang dapat dia lakukan untuk menafkahi hidupnya. Manusia baru merasa senang ketika berhenti bekerja dan pulang ke rumah. Manusia telah terasing dari pekerjaannya, terasing dari realisasi dirinya. Pekerja terasing dari produknya (hasil pekerjaannya) karena begitu selesai dibuat, produk itu serta merta menjadi milik si pemilik pabrik. Pekerja terasing dari pekerjaannya karena dia tidak dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan hakikat dirinya. Pekerja terasing dari dirinya sendiri karena dia memperalat dirinya sendiri untuk menafkahi hidupnya. Untuk menghapus alienasi, Marx menolak segala macam moralisme. Keterasingan itu oleh karena mekanisme sistem hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan oleh karena pertentangan antarkelas. Maka, untuk menghapus alienasi itu kita harus merombak sistem hak milik pribadi atas alat-alat produksi. Namun, sistem hak milik itu ada seturut perkembangan sejarah manusia. Sejak awal mula, manusia mengenal sistem pembagian kerja. Dan, pembagian kerja inilah yang menciptakan kelas-kelas di dalam masyarakat. Agar masyarakat tanpa kelas dapat terwujud, Marx mensyaraktkan bahwa produksi harus berkembang sedemikian rupa sehingga pembagian pekerjaan tidak diperlukan dan bahwa harus berkebang suatu kelas masyarakat yang siap merombak sistem kapitalisme dan kemudian menciptakan masyarakat tanpa kelas. Revolusi

Syarat Marx tersebut sulit berlaku karena kelas kapital cenderung mempertahankan status quo, padahal kelas pekerja (tenaga-tenaga produksi) terus berkembang.Dialektika ini akan memperbesar kontradiksi hingga pada titik di mana ketegangan itu tidak dapat ditoleransi lagi. Tenaga-tenaga produksi yang telah jauh berkembang akhirnya mematahkan belenggu kelas kapital. Itulah saat revolusi, saat ketika diciptakan suatu tata masyarakat baru. Marxisme-Leninisme Teori Marxisme mendapat realisasinya di dalam Revolusi Oktober yang dilancarkan oleh Lenin dengan Partai Bolshevis. Marxisme disesuaikan dengan kebutuhan revolusi, dikawinsilangkan dengan ajaran Lenin mengenai revolusi dan sosialisme, kemudian melahirkan ajaran Marxisme-Leninisme atau yang lebih dikenal dengan Komunisme. Revolusi a la Lenin tidak dapat kita samakan begitu saja dengan revolusi menurut Marx. Lenin adalah pewaris tradisi revolusioner aktifis yang radikal kaum Nechajev dan Tkachov. Komunisme merupakan suatu sistem yang ketat dan memiliki tujuan politik tertentu yaitu perebutan kekuasaan dan penghapusan ekonomi swasta. Untuk merebut kekuasaan itu Komunisme mensyaratkan dua hal yaitu memiliki gerakan masal dan ada aksi revolusioner bersenjata. Gerakan masal dan aksi revolusioner bersenjata tersebut diwadahi di dalam sebuah partai garis depan. Dengan partai garis depan ini Lenin bermaksud tidak hanya merebut kekuasaan tetapi juga mengenyahkan sistem kapitalisme. Partai ini beranggotakan para profesional dan intelektual yang selalu mengedepankan ideologi partai lebih dari pada kebahagiaan individual. Sistem Partai Bolshevik adalah Sentralisme-Demokratis, yaitu partai yang terorganisasi dengan ketat, sentralis, dan terdiri dari para ahli revolusi. Partai Bolshevis demokratis sejauh para anggota partailah yang memilih wakil-wakilnya untuk kongres partai, dan kongres partai inilah yang memilih pimpinan partai (komite sentral). Sentralis sejauh komite sentral ini memiliki hak memerintah yang mutlak dan keputusannya mengikat. Ketika pada tahun 1917 Partai Bolshevis meraih kekuasaan di Rusia, partai itu segera menjadi partai garis depan, memimpin pergerakan kelas proletariat sebagai Diktator Proletariat. Pada tahun 1918 Partai Bolshevis berubah nama menjadi Partai Komunis. Diktator Proletariat sendiri terwujud di dalam sovjet-sovjet. Namun, setelah segala kekuatan anti-Bolshevis ditumbangkan, Lenin meniadakan otonomi sovjet-sovjet itu. Maka, Uni Sovjet sesudah revolusi Oktober berkembang menjadi negara yang tidak demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun