Dhuafah..
Familiar lagi ditelinga saya bukan karena hari raya qurban, tapi karena Dahlan Iskan, Menteri BUMN, menggunakan istilah itu buat BUMN yang terus merugi. Dhuafah kah ?itu juga pertanyaan saya kepada karyawan Telkomsel yang mogok mulai hari ini sampai Desember, jika tuntutannya tidak dipenuhi. Terus terang saya kaget membaca berita di Kontan Online bahwa karyawan Telkomsel ingin mogok apabila tuntutannya tidak dikabulkan oleh manajemen. Tiga tuntutan tersebut adalah, sistem renemurasi berbasis inflasi, tunjangan kesehatan dimasa pensiun dan pemberian HP kepada karyawan.
Menurut Majalah SWA, ada tiga sektor Industri yang mempunyai tingkat renemurasi paling tinggi. Secara berurutan adalah 1. Industri Pertambangan Minyak dan Gas, 2. Telekomunikasi dan 3. Perbankan. Dari survey tersebut industri Telekomunikasi memberikan tingkat renemurasi paling tinggi kedua kepada karyawannya selama kurang lebih 5 tahun berturut-turut, seiring booming sektor telekomunikasi. Tentunya survey ini saya sangat yakin hanya untuk pegawai organik, tidak untuk vendor apalagi outsourchingnya...he..he..//
Memang 2 tahun terakhir tingkat kenaikan renemurasi sektor Telco agak melambat tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya seiring jenuhnya pertumbuhan sektor ini yang mulai masuk fase mature. Pendapatan dari layanan Telepon Suara dan SMS sudah jenuh dan tidak menyisakan banyak ruang untuk tumbuh, karena persaingan yang sedemikian ketatnya antar sesama operator. Operator mulai mengalihkan layanannya pada Data service seperti internet, tapi ini tidak banyak membantu, karena persaingan yang ketat. Kalo mau curiga, layanan sms pencuri pulsa pun merupakan strategi untuk meningkatkan pendapatan, tapi saya yakin saya “CURIGA”..ha..ha...
Lantas dari mana sektor Telco bisa growth? Entahlah..tentunya operator telepon harus berlomba memperbaiki layanannya, melakukan inovasi dan kreasi baru jika tidak ingin PUNAH, seperti Pager. “Ti..tit..Pager Pun Berbunyi..Ti.tit begitu bunyinya”Saya yakin ABG sekarang tidak tah pager itu makan apa..Ha..ha.. Yang Pasti Sektor ini Padat Modal.
Kembali ke Telkomsel, Setahu saya tingkat renemurasi Telkomsel lebih tinggi dari rata-rata industrinya. Itu juga kata Direkturnya. Bahkan lebih baik dari XL yang saya tahu gajinya juga gede-gede. Supaya yakin, Kalo punya kenalan orang Telkomsel, coba deh perhatikan gaya hidupnya, HP nya, mobilnya, rumahnya, dll, tentu anda akan sepakat dengan saya...Sebagai ilustrasi gaji paling rendah di Telkomsel, S1 fresh graduate Tahun 2006 adalah Rp. 4 juta,// Itu slip gaji teman saya, apalagi yang udah lama dan udah jadi SPV, atau Manager..ngak kehitunglah..Cemburu Mode On...
Tapi ini hanya berlaku buat karyawan ORGANIK, buat karyawan Vendor dan Outsourching, KISEL, Sangat jauhlah dari itu, Padahal merekalah yang paling banyak kerja. Ciri ciri karyawan Vendor, Outsourching dan Kisel adalah, SEMUA frontliner disemua GRAPARI, Tenaga Marketing ataupun yang sering nelpon anda jika telat bayar kartu halo dll..he..he..Kalo mereka yang demo saya setuju..Tapi kalo karyawan ORGANIK Yang DEMO maka itu Sunguh, “TERLALU”. Kata Bang Haji..
Kalo saya jadi Direkturnya.semoga,ngarep// kalo ada yang tidak bersyukur pecat aja. Tuntutannya juga kelewatan sih. Yang salah adalah manajemen yang bikin PKB, kalo karyawan sih memang maunya naik terus, cuman kalo gaji udah tinggi mau dinaikin pake rumus exponential growth, itu sih serakah, toh mayoritas anda tidak tinggal di TIMIKA, yang biaya hidupnya segede bagong. Kalo tunjangan kesehatan semasa pensiun saya sih setuju, itu memanusiakan pekerja. Cuman yang agak geli, karyawan minta di belikan HP sama perusahaan, ini mah namanya tidak tahu diri.
Saran saya kepada Direksi, sebagai salah satu masyarakat Indonesia, telkomsel adalah BUMN anak perusahaan telkom, milik seluruh rakyat indonesia, bukan Cuma milik “sepakat”. Jangan mau ditekan oleh karyawan yang tidak bersyukur. Tuntutan yang tidak masuk akal jangan diterima, kalo mereka mogok, masih banyak koq orang yang mau kerja. Kalo inefisensi ini dibiarkan maka menunggu waktu saja kelak akan ada lagi BUMN Dhuafah buat Dahlan Iskan. Salam Dhuafah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H