Sekitar hampir seminggu yang lalu, saya dan dua orang kawan bersama menuju auditorium kampus untuk melihat kakak tingkat yang telah diwisuda selepas habis jam mata kuliah. Kami berjalan dibawah terik matahari yang menyengat, sekitar jam 10 pagi. Mobil dan motor telah terparkir dimana mana, seolah tempat parkir yang telah disediakan tidak mencukupi kapasitasnya.
Ramai sekali. Entah berapa rombongan yang dibawa untuk satu orang wisudawan atau wisudawati. Itupun kampus kami membagi hari wisuda menjadi dua hari. Tak terbayang padatnya jika dijadikan semua wisudawan menjadi 1 hari. Sesampainya disana, orang-orang sibuk memilah bunga yang bagus, boneka dan souvenir lainnya, bahkan kamera untuk foto bersama. Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya acara wisuda di ruang audit selesai. Lalu berakhir dimulai dari keluarnya para rektor dan guru besar dari pintu samping audit dikawal dengan para petugas keamanan dan pengawal. Saya dan kawan ikut berdesakan untuk melihat para wisudawan/wisudawati.
Namun tiba-tiba ada seseorang yang menyelinap terlihat seperti orang dari luar kampus, tidak terlihat seperti mahasiswa namun bukan pula dari keluarga yang seakan menunggu wisudawan. Tangannya mengepalkan koran. Saya mulai curiga. Orang itu sangat tergesa-gesa sehinga mendorong seorang ibu didepan saya cukup keras, sehingga ibu tersebut mengomel.
Lalu saya mundur sebentar dan ketika merogoh saku depan tas ternyata handphone saya hilang. Entah bagaimana caranya, dan yang pasti saya mencurigai orang yang saya detailkan diatas. Seleting tas gendong disaku depan sudah terbuka. Dan handphone saya raib seketika. Mau dikejar, tapi ini ramai sekali dan dipastikan si maling tadi sudah kabur entah kemana. Seketika menjadi speechless. Padahal ada petugas keamanan. Saya sebenarnya ingin mengadukan ini secara langsung, namun saya takut diabaikan, atau justeru dinasehati karena menaruh barang sembarangan ditempat keramaian. Kedua teman saya ngotot agar melaporkannya ke keamanan karena pasti petugas itu memiliki jaringan luas untuk menjerat si maling. Namun saya menolaknya. Entah Pikiran saya banyak dihantui bahwa kehilangan sebuah handphone adalah hal yang biasa disini. Bahkan untuk sepeda motor sekalipun.
Yang sangat disayangkan juga saya tidak mengaktifkan pengamanan handphone saya dan aplikasi pelacakan jika handphone tersebut hilang. Saya tidak menyangka bahkan untuk refleks ketika handphone saya lenyap dan saya tidak bisa teriak ‘maling’ ‘maling’ dengan keras pada waktu itu, seperti di film-film atau tayangan televisi yang biasa ditonton. Ah rupanya berteriak maling disaat barang dicuri pun dalam kehidupan nyata tidak semudah seperti yang biasa kita tonton dari media hiburan. Tidak sama sekali seperti saya yang baru pertama kali mengalami pencurian ditempat keramaian seperti ini. Memang untuk kasus seperti kehilangan handphone yang perlu diperhatikan pertama kali adalah dimana kita berada, dikeramaian atau tidak. Lalu tempat menaruh benda tersebut, jangan sampai kita lalai dalam keadaan apapun. Memang hal hal seperti ini sangat remeh, namun jika sudah terjadi hal yang tidak diinginkan maka alangkah menyesalnya kita jika tidak mengindahkannya. Dan yang terpenting jangan malas untuk mengaktifkan aplikasi bawaan handphone kita untuk melindungi data, mengamankan, dan melacak jika terjadi handphone tersebut hilang. Tentu hal remeh ini menjadi sangat berguna karena bencana itu tidak ada yang dapat memprediksikan kapan datangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H