"Ah males lah. Baperan lu."
Jadi, kemanakah budaya maaf itu pergi? Apakah budaya itu sudah punah atau saya yang belum menemukan situasi di mana sebuah lelucon yang kelewatan membutuhkan kata maaf? Kalau begini, sampai dimanakah sebuah lelucon dan perbuatan harus ditoleransi agar terucap kata maaf alih-alih kata baper?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!