Work life-balance adalah sebuah konsep yang menggambarkan waktu di mana seseorang dapat mengalokasikan waktu dan energi dalam jumlah yang wajar antara lingkungan profesional dan ruang lingkup pribadi. Hal ini tidak harus dipahami secara harfiah, dengan hanya menetapkan rasio pekerjaan kehidupan yang tetap, sehingga tidak ada bagian yang dikorbankan untuk yang lain.
Hasil Survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas karyawan setidaknya meraih puncak kepuasan hidup dengan keseimbangan kerja yang sehat. Usaha-usaha yang lebih bersifat sampingan amuk emosi negatif seperti stress dan fatigue serta penurunan produktivitas. Perasaan cemas dan tertekan mungkin sering muncul di kalangan para pekerja. Ini tentu akan dipengaruhi oleh terlalu banyaknya job, tidak puas mengenai gaji dan tidak nyaman dengan lingkungan. Berdasarkan hasil survei Gallup, 44% pekerja di seluruh dunia melaporkan bahwa mereka bekerja dalam stres pada tahun 2022. Persentase ini tidak berbeda banyak dari tahun sebelumnya. Setidaknya di dalam kegiatan merusak diri sebanyak 18 persen masyarakat pekerja di dunia sudah berhenti bekerja karena merasa tidak enak dan tidak percaya kepada perusahaan. Sebaliknya, 23% karyawan mengaku bahwa mereka mendapatkan pengembangan dan siap untuk bekerja lebih keras untuk perusahaan. Menariknya, Gallup menggelar survei kepada sebanyak 122.416 pekerja berusia diatas 15 tahun 160 negara di tahun 2022. Secara keseluruhan, mulai tahun 2009 sampai 2022 sebanyak 2,21 juta responden sudah disurvei.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan kerja-hidup antara lain:
- Jam Kerja Fleksibel
Berkat adanya fleksibilitas dalam jam kerja, karyawan dapat lebih dinamis dalam merencanakan dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan memperhatikan situasi pribadi. Dengan adanya fleksibilitas, karyawan dapat lebih mudah dalam berusaha untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dengan beberapa kebutuhan pekerjaan yang lain, seperti keluarga, pendidikan, atau aktivitas. Keuntungan lainnya adalah memungkinkan mereka untuk mengatur waktu lebih efisien, menghindari kemacetan, dan mengurangi stres yang sering muncul akibat terpaksa terburu-buru untuk memenuhi waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, para pekerja mampu berperforma dengan baik dan produktif tanpa tertekan oleh struktur waktu kerja yang ketat yang pada akhirnya berkontribusi untuk perbaikan kualitas bersangkutan.
- Kemampuan Mengatur Waktu
Sebuah keterampilan penting dalam menjaga keseimbangan kerja-hidup adalah manajemen waktu. Adalah tanggung jawab setiap orang untuk mengelola waktu yang tersedia untuk pekerjaan dan untuk kegiatan santai yang menyenangkan, seperti menghabiskan waktu dengan teman atau menikmati hobi. Alokasi waktu yang efisien untuk keterlibatan profesional dan waktu santai atau hobi yang dipadukan dalam periode kritis sangat penting bagi kesejahteraan mental dan fisik karyawan. Ini juga membantu dalam mencegah perasaan stres dan merasa terbebani oleh beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, perencanaan yang cermat, manajemen prioritas dan aktivitas, serta batasan waktu untuk masing-masing darinya sangat penting untuk menciptakan situasi ideal. Intinya adalah mempraktikkan kebijaksanaan waktu untuk memungkinkan penyelesaian pekerjaan sesuai standar yang dibutuhkan sekaligus dapat mencapai tujuan kehidupan pribadi.
Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Hidup
Agar individu merasa puas dan tidak stres, sangat penting untuk memiliki keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi secara keseluruhan. Jika seseorang berhasil meluangkan waktu untuk dirinya sendiri, baik untuk bersantai atau melibatkan diri dalam aktivitas yang menyenangkan, maka individu tersebut lebih mungkin merasa lebih bahagia dan lebih produktif di tempat kerja. Memang, memiliki waktu untuk hobi, berolahraga, dan keluarga membantu mengurangi kemungkinan stres berlebihan dan kelelahan. Keseimbangan ini juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup karyawan secara keseluruhan, karena karyawan memandang harga diri mereka tidak hanya melalui pekerjaan tetapi juga sebagai manusia dengan kehidupan di luar pekerjaan. Selain itu, manajemen yang baik terhadap keseimbangan kerja-hidup memiliki efek positif pada kepuasan kerja dan loyalitas karyawan.
Menetapkan Tujuan yang Berpotensi untuk Meningkatkan ProduktivitasÂ
Menetapkan tujuan yang jelas dan terukur adalah salah satu ekspresi penting dalam meningkatkan produktivitas di tempat kerja. Dengan memiliki tujuan yang terstruktur dan relevan dengan pekerjaannya, seorang karyawan akan dengan mudah teristrakan untuk mencapainya. Terdiri tujuan yang realistis akan memberikan arah dan terfokus, sehingga pekerjaan yang dilakukan menjadi terasa lebih efektif. Alasan tidak selaras dalam kehidupan pribadi yang sering kali memberikan kecenderungan pada potensi negatif dibidang kantor. Dari segi ini, ketidagpuasan atau keberatan di kepadatan hidup individu berilhamkan faktor-faktor bawaan yang akan membuat seorang karyawan kurang fokus dan produktiv di tempat kerja.
Terlepas dari hal yang menyenangkan mencapai keseimbangan yang sehat dengan mengingat diri di lingkup kerja tidaklah mudah, terlebih di masa dimana segalanya serba terdesak dengan tuntutan dan target. Banyak orang yang sering merasa demikian sehingga batas waktu pribadi dan pekerjaan aktif dibatasi oleh perkembangan zaman. Untuk masa sekarang  sangat disarankan untuk memfokuskan diri pada visi kerja dan mengatur branding yang dirasakan lebih konsumtif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H