Mohon tunggu...
kalisha naury
kalisha naury Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

hobi saya menonton film dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah panik di malam Shibuya

22 Januari 2025   09:42 Diperbarui: 22 Januari 2025   09:42 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah Panik di Malam Shibuya
Shibuya yang gemerlap malam itu adalah puncak dari kegembiraan Kalila. Bersama kedua sahabatnya, Laras dan Ayas, ia berjalan di tengah keramaian, menikmati momen yang tak ingin ia sia-siakan. Mereka tiba di kota impian itu setelah menempuh perjalanan 1 jam dari Asakusa, penuh semangat untuk menjelajah dan membeli oleh-oleh.

Setelah berkeliling dan mencari oleh-oleh dengan sahabatnya, Kalila dan Laras memutuskan untuk mencari makan malam, tetapi mereka malah tersesat di tengah kota. Akhirnya mereka menemukan restoran halal dengan tiga kursi tersisa.

Waktu terus berjalan, tanpa mereka sadari jam sudah menunjukkan pukul 10.55. Sementara, waktu untuk berkumpul di titik kumpul sebelumnya telah diundur menjadi pukul 11.00. Perut kenyang, mereka langsung bergegas membayar makanan dan bergegas menuju titik kumpul. Namun, sesampainya di sana pukul 11.05 tempat itu kosong.

Dengan kebingungan, Laras menelepon Mira, salah satu teman sekelasnya. Jawaban dari Mira mengejutkan mereka, "Kalian semua masih di Shibuya? Kami semua sudah di kereta!" Panik mulai melanda. Waktu semakin menunjukkan dekat dengan jadwal kereta terakhir pukul 11.30, dan mereka tak tahu apa yang harus dilakukan.

Tiba-tiba, ponsel Kalila berdering. Pembimbing mereka berkata, "Tunggu di situ, saya akan datang." Perasaan lega sedikit meredakan kepanikan. Pukul 11.18, sang pembimbing tiba dan tanpa banyak bicara langsung mengajak mereka berlari menuju stasiun.

Dengan napas terengah-engah, mereka berlari membawa kantong belanjaan yang berat. Kalila dan Laras sempat berhenti beberapa saat, tetapi pembimbing mereka terus memacu langkah. Akhirnya, pada pukul 11.28, mereka tiba di gerbong kereta. Napas mereka sesak, tapi tawa kecil mulai muncul akibat kelakuan mereka sendiri.

Perjalanan menuju hotel di Asakusa terasa panjang namun menenangkan. Mereka meminta maaf kepada pembimbing yang hanya tersenyum kecil dan berpesan agar mereka lebih disiplin. Sesampainya di hotel pukul 00.30, kelelahan menyelimuti mereka, tetapi rasa syukur lebih mendominasi. Keesokan harinya, mata mereka tampak berat karena kurang tidur. Namun, pengalaman itu menjadi pengalaman berharga. Mereka berjanji tidak akan mengulangi kejadian itu lagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun