Mohon tunggu...
Kalin Putri Latifah
Kalin Putri Latifah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi saya bersepeda dan menonton film. Kepribadian saya adalah seorang ISFJ.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal Kalin: Bakat, Tantangan, dan Cita-Cita

19 September 2024   11:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   18:28 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalin Putri Latifah Naillah Nasiroh Santoso, gadis kelahiran Jombang 18 Maret 2007, punya kisah hidup yang menarik. Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, ia tumbuh di tengah keluarga hangat di Peterongan, Jombang. Gadis ini kerap dipanggil dengan sebutan Naillah. Namun, setelah ia memasuki SD, ia mengganti panggilan menjadi Kalin. Alasannya simpel, hanya karena Kalin adalah nama depannya dan Naillah sudah banyak yang menggunakan nama tersebut. Akan tetapi, keluarga besarnya masih memanggilnya dengan sebutan Naillah, Nila, ataupun Nela. Sungguhpun begitu, Kalin punya tantangan tersendiri. Sejak kecil ia harus berjuang melawan alergi terhadap ayam, telur, dan cokelat. Setiap kali mengonsumsi makanan-makanan tersebut, tubuhnya langsung bereaksi dengan bintik merah yang menyebar. Bahkan saat bayi, ia tidak bisa sembarang minum susu dan harus bergantung pada susu soya. Namun, seiring berjalannya waktu alergi itu hilang, kini Kalin dapat menikmati makanan tersebut.

Sejak kecil, ia telah mengalami banyak perpindahan tempat tinggal. Dimulai dari Jombang, kemudian berlanjut ke Malang, Jombang, Kediri, Magetan, dan kembali lagi ke Jombang. Setiap perpindahan membawanya pada pengalaman baru. Misalnya, saat di Magetan, ia tinggal di perumahan yang dekat dengan bandara. Oleh karena itu, ia sering melihat pesawat terbang dari atas rumahnya. Namun, pengalaman paling berkesan adalah saat mondok dua bulan sekali di sekolah. Di sana, ia belajar banyak hal, termasuk tentang pentingnya kebersamaan dan tanggung jawab. Kemudian, Kalin juga sempat tertarik menggunakan cadar. Akan tetapi, minatnya itu pudar seiring perubahan lingkungan.

Setelah kembali ke Jombang, perjalanan pendidikannya dimulai dari SD Negeri Kepuhkembeng 1, kemudian berlanjut ke SMP Negeri 2 Jombang, dan kini ia duduk di bangku kelas 3 SMA Negeri 1 Jombang. Sejak kecil, Kalin telah menunjukkan minat yang besar pada berbagai bidang.

Di masa SD, bakat seninya mulai terlihat saat ia aktif mengikuti ekstrakurikuler tari. Selain itu, ia juga rajin mengikuti les pelajaran tambahan untuk mengasah kemampuan akademiknya. Biarpun demikian, ia juga menekuni karate dan kursus komputer sebagai kegiatan di luar sekolah. Minatnya yang luas ini membuatnya menjadi anak yang aktif.

Walaupun demikian, minat Kalin pada bidang akademik semakin terasah saat ia memasuki SMP. Ia memutuskan untuk fokus pada olimpiade matematika karena berhasil lolos beberapa kali pada babak penyisihan semasa SD. Meskipun begitu, ia belum beruntung meraih juara. Namun, kegagalan itu tidak membuatnya menyerah. Ia tetap berlatih keras dan mengikuti les olimpiade.

Sesudah itu, saat SMA, Kalin memilih untuk menekuni dunia musik. Ia bergabung dengan ekstrakurikuler musik dan menyalurkan bakatnya di bidang ini. Akan tetapi, karena jadwal kegiatan yang padat dan tuntutan belajar yang semakin tinggi, ia merasa kelelahan dan memutuskan untuk berhenti mengikuti kegiatan di luar sekolah. Oleh karena itu, ia lebih fokus pada kegiatan sekolah dan persiapan ujian.

Sesungguhnya, ketertarikannya pada dunia perpajakan berawal dari rasa penasarannya yang besar. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk mengambil jurusan perpajakan. Bahwasanya, dari kecil ia bercita-cita menjadi konsultan pajak di Kementerian Keuangan. Namun, keluarga Kalin punya pandangan berbeda. Malah, mereka menyarankan Kalin untuk menjadi guru atau psikolog. Meskipun demikian, Kalin sangat menghargai saran dari keluarganya. Biarpun hobinya menghitung-ngitung angka dan memecahkan soal-soal, sekalipun begitu ia punya sisi lembut yang sangat mencintai anak-anak. Oleh karena itu, keluarga Kalin semakin yakin bahwa Kalin cocok menjadi seorang guru atau psikolog. Akan tetapi, Kalin tetap bersikukuh dengan pilihannya. Di samping itu, Kalin juga menjelaskan bahwa menjadi konsultan pajak tidak berarti ia harus meninggalkan kecintaannya pada anak-anak. Mungkin saja kelak ia bisa menggabungkan kedua minatnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun