Kesadaran penuh merupakan dasar penguatan lima KSE tersebut.. Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja atau sadar pada kondisi saat sekarang yang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Pada dasarnya kesadaran penuh itu merupakan cara praktik yang dapat digunakan dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan 'mengalaminya' sendiri. Salah satu teknik untuk melatih kesadaran penuh adalah  adalah teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.
Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah.Well-being atau kesejahteraan psikologis itu sendiri adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Anak dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri. Selanjutnya, anak  dapat memenuhi kebutuhan sendiri dengan mencipta dan mengelola lingkungannya dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Berdasarkan pemahaman tentang pembelajaran KSE dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan  pembelajaran KSE yang dilaksanakan  secara baik dengan  kontinu dan konsisten di kelas dan sekolah akan terwujud ekosistem sekolah Well-Being atau kesejahteraan psikologis. Dengan terwujudnya lingkungan ini berarti KSE  berkontribusi mewujudkan profil pelajar Pancasila dengan mewujudkan karakter -- karakter pelajar yang berjiwa humanis dan bahagia.
B. Kaitan  Pembelajaran Sosial dan Emosional dengan Modul -- Modul Sebelumnya
Sebagai pendidik, tugas kita adalah menuntun, membimbing, dan mendampingi peserta didik dalam mencapai tujuan kodratnya. Peserta didik dapat mengeksplorasi dan mengaktulisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat hingga mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Dari sinilah letak penting bagi pembelajaran kompetensi sosial dan emosional yang mendorong tumbuh kembang peserta didik secara menyeluruh. Perkembangan peserta didik yang dimaksud adalah dari aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.
Sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid dan agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal, kita selayaknya melaksanakan pembelajaran kompetensi sosial dan emosional dipadukan dengan pembelajaran berdeferensiasi. Hal ini disebabkan pembelajaran KSE ini sejalan dengan pembelajaran deferensiasi. Pembelajaran KSE adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman karena  pendidik mampu mengelola emosi dari peserta didik. Dengan pengelolaan emosi peserta didik ini , pendidik dapat memilih pembelajaran yang tepat, yakni dengan melakukan pembelajaran berferensiasi. Pembelajaran ini  yang dapat mengakomodir  belajar murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya melalui identifikasi kebutuhan murid. Kebutuhan belajar murid dapat diidentifikasi dengan kesiapan belajar murid, minat, dan profil belajar murid. Strategi pembelajarannya dapat dilaksanakan dengan deferensiasi konten,proses, dan produk.
Kompetensi Sosial dan emosional berkaitan dengan dengan penanaman disiplin positif . Dengan penerapan KSE dalam pembelajaran, pendidik akan lebih mudah mengenali emosi peserta didik sehingga pendidik dapat dengan mudah menerapkan disiplin positif dalam kelas. Nilai-nilai kebajikan akan lebih mudah tertanam dalam diri peserta didik karena peserta didik telah memiliki kesadaran diri dalam mengenali emosi, mengelola emosi, berempati, dan menjalin hubungan positif  dengan orang -orang yang berada di sekitar serta tepat dalam mengambil keputusan.
Pembelajaran sosial dan emosional dapat membentuk karakter dari peserta didik. Pembentukan karakter peserta didik di sekolah tertuang dalam pencapaian visi sekolah , yakni mewujudkan  peserta didik yang berkarakter profil pelajar Pancasila. Adapun dalam pencapaian visi atau perubahan itu dengan menggunakan pendekatan Inkuri yang dijabarkan dalam tahapan BAGJA, yakni buat pertanyaan,ambil pelajaran,gali mimpi, jabarkan rencana, dan atur eksekusi.
Pembelajaran sosial dan emosional dapat menguatkan nilai dan peran guru penggerak di lingkungan kelas dan komunitas sekolah. Dengan memiliki kemampuan untuk  mengelola emosi yang baik , pendidik dapat melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan  baik. Pembelajaran yang dilaksanakan dapat dengan mudah  diterima oleh peserta didik. Peserta didik termotivasi mengikuti pembelajaran karena lingkungan belajarnya aman, nyaman, dan menyenangkan  karena tercipta lingkungan yang positif baik di kelas dan di sekiolah.
Pembelajaran kompetensi sosial dan emosional berkaitan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pendidikan atau pembelajaran yang kita lakukan kepada peserta didik untuk  menuntun segala kodratnya agar anak mencapai tujuan hidupnya baik sebagai individu atau anggota masyarakat seutuhnya. Di sini, pendidik melakukan tuntunan pada peserta didik secara menyeluruh, dari aspek pengetahuan, keterampilan, karakter atau budi pekerti. Aspek karakter atau budi pekerti dapat disebut sebagai aspek sikap spiritual dan sikap sosial. Pada aspek sikap ini jelas terkaitnya pembelajaran kompetensi sosial dan emosional karena KSE berhubungan dengan pembentukan karakter, yaitu pada pengeloaan emosi. Pengeloaan emosi yang baik akan berdampak pada diri dan orang lain. Anak yang mampu mengelola emosinya dengan baik berarti anak ini menunjukkan adaanya kecerdasan emosioanal.  Anak yang cerdas emosioanalnya dapat dipastikan anak ini juga cerdas dalam akademiknya karena perkembangan sosial dan emosional anak diikuti juga dengan perkembangan akademiknya.
Pelaksanaan KSE pada anak melibatkan kerjasama antara pihak sekolah ,keluarga., dan komunitas Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara tentang Tri Sentra Pendidikan. Pendidikan harus berlangsung dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi tiga pihak ini dapat mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk  meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis  atau well-being peserta didik