Baim Wong jadi perbincangan dua hari belakangan ini. Artis bernama asli Muhammad Ibrahim ini kena semprit netizen karena caption di unggahan foto bersama presiden dan ibu negara di akun instagramnya. Aktor itu mengucapkan selamat ulang tahun ke-59 untuk Presiden Joko Widodo.
Yang disoal oleh netizen adalah kalimat "Presiden terbaik pilihan saya di era sekarang". Banyak yang bilang pernyataan"presiden terbaik" itu tidak baik diucapkan oleh seorang publik figur. Benarakah demikian?
Menurut saya, tidak ada yang salah dengan penilaian pribadi ayah Kiano Tiger Wong itu terkait kinerja presiden. Tentu itu hak Baim, yang tidak bisa disalahkan, demokrasi menjamin hak semua orang untuk berpendapat.
Begitupun jika ada pendapat yang menyatakan kinerja Presiden Jokowi belum baik--itu juga tidak bisa dihalangi. Semua pendapat itu adalah bagian dari dinamika berwarga negara. Masing-masing punya alasan dan indikator tertentu.
Soal lain adalah terkait status Baim Wong yang seorang publik figur. Lah kenapa kalau suami Paula itu memuji presiden yang baru saja terpilih untuk periode kedua itu. Apakah artis tidak boleh memuji pimpinan negara? Apakah artis tidak boleh menyatakan pandangan politiknya?
Bahwa pandangan itu akan disukai atau tidak, itu adalah hal lain. Bahwa ada fans Baim yang merasa bahwa penilaian idolanya itu tidak sesuai dengan yang dipikirkannya, lalu mulai mengunfollow akun media sosial Baim, itu juga sah-sah saja. Bahwa ada fans yang berbeda pandangan, tapi tetap suka dengan idolanya, itu juga bagus-bagus saja. Bukankah setiap tindakan punya konsekuensinya masing-masing.
Kenapa Masalah Ini Menjadi Besar?
Hanya saja, kalau telah menyangkut soal politik, tidak ada yang simple, potensi masalah menjadi kompleks itu sangat besar. Kita tahu, Baim Wong kini tengah kembali bersinar. Bahkan kini ia didaulat menjadi youtuber terbaik di Indonesia versi salah satu web penyedia data Youtube.
Rasanya, dalam kasus ini, tidak berlebihan jika mengatakan Baim sedang apes. Toh, ia juga telah mengubah caption diunggahannya tersebut.
Kita tahu, beberapa tahun terakhir terbentuk polarisasi yang tajam antara dua golongan masyarakat. Kita mengalami bagaimana riuhnya pemilihan presiden baru-baru ini. Polarisasi itu ternyata tak mencair pasca pemenang pilpres diumumkan.
Kedua golongan itu terus saja saling beradu, itu dapat dipantau dari sejumlah platform media sosial. Ada saja perdebatan demi perdebatan yang "diributkan" setiap harinya.