HASIL Pilkada Makassar tahun 2018 mengejutkan banyak orang. Di luar perkiraan, paslon tunggal di Kota Angin Mamiri ditumbangkan oleh kolom kosong atau kotak kosong.Kemenangan kolom kosong di Makassar ini sekaligus menjadi sejarah baru. Pasalnya, ini adalah kali pertama kotak kosong mampu menang sejak gelaran Pilkada langsung digulirkan pertama kali di tahun 2005.
Hasil ini mengejutkan banyak orang. Â Tak banyak yang memprediksi kolom kosong yang bukan calon, tak punya kemampuan berkampanye bisa dipilih mayoritas voters. Tapi fakta tak bisa dirubah, hasil resminya telah diumumkan KPU Makassar pada 6 Juli 2018.
Terlepas dari berbagi intrik politik yang terjadi, kemenangan kolom kosong ini bisa dikatakan sebagai  kemenangan rakyat. Sebab, paslon tunggal yang diusung 10 parpol yang menguasi 47 dari 50 kursi di DPRD pun tak mampu berbuat banyak.
Paslon tunggal hanya mampu meraup 264.245 suara. Sementara jumlah masyarakat yang menjatuhkan pilihan ke kolom kosong sebanyak 300.795 orang. Selisihnya 36.550 suara.
Kita tahu, di Pilkada serentak 2018, ada belasan daerah yang juga mengalami nasib sama dengan Makassar: mengelar pemilihan dengan satu paslon. Namun hanya di Makassar paslon tunggal bisa kalah.
Hasil ini  menjadi istimewa di tengah apatisme politik. Banyak warga yang tak begitu peduli dengan urusan pilih memilih memimpin. Hasilnya angka golput dari setiap gelaran pemilihan tetap saja tinggi.
Bahkan ada banyak pilihan pemimpin saja, masih banyak masyarakat yang tak tergerak untuk mendatangi TPS. Apalagi jika hanya satu calon.
Mari kita coba ulas kondisi psikologi politik warga di wilayah yang hanya ada satu calon. Banyak yang kemudian berpikir bahwa kemenangan sudah barang tentu berpihak pada paslon tunggal. Sebab, kolom kosong selain tak mempunyai kemampuan mengajak dan memobilisasi pemilih, paslon tunggal juga pasti sangat diuntungkan dengan kondisi.
Paslon tunggal hanya perlu 50 persen plus 1 suara dari jumlah keseluruhan pemilih. Dan itu bukanlah hal yang sulit. Terbukti di belasan daerah yang lain semuanya dimenangkan oleh paslon tunggal yang rata-rata adalah petahana.
Tentu ada gerakan politik yang mencoba memkampanyekan kolom kosong, namun itu tidak efektif.
Tapi di Makassar berbeda, terlihat sebelum pemilihan saja banyak warga yang entah sukarela atau digerakkan oleh kepentingan politik lain berbondong-bondong mengkampanyekan kolom kosong.