[caption id="attachment_21138" align="alignleft" width="300" caption="Prosesi duduk di pelaminan"][/caption] Kemarin (minggu, 1/11/09) kebetulan ada undangan tetangga untuk mengantar mempelai penganten laki-laki melakukan hajatan pernikahan yaitu Zulkarnaen Bara dan Elfrida Sitepu, kedua asli keturunan Batak. Saya berpikir akan menyaksikan prosesi adat perkawinan Batak, tetapi yang terjadi malah memakai prosesi adat Melayu Deli. Agar peristiwa ini tidak berlalu begitu saja, mending diliput dan diposting di kompasiana, semoga bermanfaat karena prosesi adat ini dilaksanakan secara sederhana. Suku Melayu masih dianggap penduduk mayoritas di Sumatera utara, terutama mendiami wilayah-wilayah pesisir, namun jika bertanya, siapakah yang dimaksud Melayu Deli, apa bedanya dengan puak melayu, malah muncul ada yang mengaku berasal dari suku jawa deli, orang melayu yang ditanya pun akan bingung menjawabnya. Jika ditelusuri di dalam Kota Medan terdapat Sungai besar dinamakan Deli, Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Mulanya, pada masa kerajaan Deli abad 18 M, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 persen dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Suku Melayu termasuk Jawa yang mendiami seputar aliran sungai deli, di sebut melayu deli dan jawa deli. Dalam pola hubungan budaya terutama di kota Medan terasa nuangsa egaliter, disimilisasi budaya berjalan apa adanya. Walau tidak mayoritas, penduduk terbesar Kota Medan adalah Pujakusuma, putra jawa kelahiran sumatera atau jawa deli, kemudian di susul Melayu Deli, Batak, Minang dan Tionghoa. Assimilasi budaya banyak terjadi antara Melayu deli, Batak (Mandailing), dan Jawa karena kesamaan agama, Islam. Batak menikah dengan jawa, melayu, atau minang, prosesi pernikahan menggunakan adat jawa, melayu atau minang, tetapi jika sesama Batak (mandailing) umumnya menggunakan adat melayu deli seperti kisah tetangga saya itu. Rangkaian penyelenggaraan proses perkawinan masyarakat Melayu khususnya masyarakat Melayu Deli terdiri dari beberapa tahap, mulai dari meminang hingga pernikahan berlangsung. Sebuah perkawinan yang normal biasanya didahului dengan masa pertunangan/ikat janji antara pihak pria dengan pihak wanita yang lamanya sekitar satu tahun. Kemudian dilanjutkan dengan pernikahan atau peresmian. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan yang direstui kedua orang tua ataupun keluarga masing-masing pihak, biasanya dilaksanakan menurut tata cara atau adat istiadat perkawianan masyarakat Melayu Deli yang belandaskan kepada kaidah-kaidah ajaran agama Islam serta pengaruh tradisional. Masyarakat Melayu Deli mempunyai tata cara perkawinan terdiri dari 27 bagian, namun prosesi ini dilaksanakan yang penting-penting saja karena mengingat waktu dan biaya yang terbatas. Beberapa prosesi pernikahan yang sempat saya ikuti dapat disimak di bawah ini : [caption id="attachment_21140" align="aligncenter" width="300" caption="1. Prosesi adat hempang batang"][/caption] 1. Prosesi hempang batang, adalah proses penjemputan rombongan mempelai pria oleh sesepuh adat mempelai wanita sebelum memasuki halaman rumah keluarga mempelai wanita, prosesi ini dipenuhi tutur berbalas pantun untuk mengetahui niat kedatangan mempelai pria bersama keluarga. Sebelum ini biasanya pernikahan sudah dilangsungkan beberapa hari sebelumnya dan sudah dibekali 'kunci' pembuka hempang berbentuk berupa kantong kecil terbuat dari kain yang di dalamnya berisi uang dari mempelai pria. Untuk membuka hempang ini keluarga mempelai pria perlu menyerahkan dua buah kunci kepada si penjaga hempang dalam bahasa berbalas pantun. [caption id="attachment_21141" align="aligncenter" width="300" caption="2. Prosesi adat hempang pintu"][/caption] 2. Prosesi hempang pintu adalah prosesi penjemputan mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita, prosesi ini seperti prosesi hempang batang, cuma tutur berbalas pantun yang berbeda. [caption id="attachment_21143" align="aligncenter" width="300" caption="3. Prosesi adat hempang pelaminan"][/caption] 3. Prosesi ini setelah lolos dari dua hempang sebelumnya, prosesi ini tidak memerlukan lagi syarat 'kunci', hanya sebuah proses saling pengenalan wajah ke dua mempelai, apakah benar itu calon isterimu atau calon suamimu, tentu dengan bahasa berbalas pantun. [caption id="attachment_21146" align="aligncenter" width="300" caption="4. Prosesi adat tepung tawar"][/caption] 4. Prosesi Tepung Tawar adalah prosesi di mana kedua mempelai duduk dipelaminan kemudian secara bergantian mulai dari keluarga mempelai wanita sampai keluarga mempelai pria melakukan pemberkatan restu dan doa keselamatan bagi kedua mempelai dengan simbol penaburan tepung tawar, bunga, dan pemercikan air yang disucikan. [caption id="attachment_21149" align="aligncenter" width="300" caption="5. Prosesi adat makan nasi hadap-hadapan"][/caption] 5. Prosesi makan nasi hadap-hadapan adalah prosesi akhir dari semua prosesi adat pernikahan ini, prosesi ini hanya dihadiri oleh kedua mempelai bersama keluarga ibu-ibu (wanita) dari kedua mempelai, tujuannya membangun kesepakatan rasa senasib sepenanggungan dalam satu keluarga besar ke dua mempelai, susah dan gembira apapun lauk yang bisa di makan sesuai kondisi perekonomian keluarga, keluarga harus tetap lestari dan tolong-menolong selamanya. Segala prosesi ini kemudian ditutup dengan penyerahan mempelai pria oleh keluarga kepada keluarga mempelai wanita.
Tepung Tawar
Di rincis-rincis hai si tepung tawar pada pengantin kami siramkan pada pengantin di pelaminan bagai merpati dua sekawan pengantin duduk dua bersanding ditaburi dengan si beras kuning hai belum-belum datang menjeling ramai-ramai orang keliling hiduplah mati harus mufakat rumah tangga tentram damai hai jangan sering gaduh bersilap sampailah sampai cerailah berai pengantin duduk dua bersanding bagai merpati dua sejoli kami doakan selamat bahagia rukun dan damai sehari-hari kalaulah tuan pergi ke pekan belikan kami setepak sirih selamat sejahtera kami ucapkan semoga mendapat anak yang saleh kalaulah ada sumur diladang bolehlah kami menumpang mandi kalaulah ada umurku panjang bolehlah kita berjumpa lagi Kunjungi SALAM DIALOG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H