[caption id="attachment_45431" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi gurita"][/caption] SBY nampak dalam posisi terpojok, penyelidikan skandal Bank Century lambat laun tidak lagi sekedar mengincar Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani tetapi perlahan menyentuh SBY dan keluarga Cikeas. Sby gagal mendapatkan dukungan dari mitra koalisinya sendiri. Kalau dari kalangan oposisi mungkin SBY memaklumi kalau mereka vokal dalam kasus Century. Tapi ini mitra koalisinya, dia merasa ditinggal, Ruhut pun keblinger menuduh para mitra koalisinya sebagai penghianat. Selain itu, SBY dan Partai Demokrat kali ini merasakan kekalahan ganda. Pertama, dalam pembentukan Pansus Angket Century di DPR yang memaksa Partai Demokrat "menelan ludah sendiri” dan kekalahan kedua saat Pansus keluarkan imbauan untuk penonaktifan Boediono dan Sri Mulyani. Setelah peristiwa itu maka datanglah GJA, walaupun dia hanya seorang diri, namun buku yang diterbitkannya Membongkar Gurita Cikeas, Dibalik Kasus Bank Century, seolah seperti serangan fajar menghantam sby. Serangan ini begitu dasyhat sampai-sampai sby belum sempat melakukan konfrensi pers khusus menanggapi tudingan buku ini, dibandingkan pada peristiwa-peristiwa lain sby sangat spontan langsung menanggapinya. Sebagai contoh dalam munas Golkar di Riau baru-baru ini, JK dalam sambutan pembukaan munas mengeluarkan opini agar golkar menjadi partai oposisi, sorenya sby langsung menggelar konfrensi menyanggah pendapat JK itu. Demikian pula di dalam rapat kabinet terbatas membahas rekomendasi tim 8, sby mengeluhkan banyak pemberitaan melalui media, milis-milis, dan jaringan situs yang menjelek-jelekkan pemerintah, dirinya dan keluarganya, sby menganggap itu adalah upaya pembunuhan karakter, malahan sby mengancam jika itu terkait dengan dirinya dan keluarganya, maka dia tidak main-main akan segera melakukan tindakan hukum. Sby saat menghadiri KTT di copenhagen sudah melimpahkan wewenang presiden kepada wapres boediono, namun mendengar imbauan pansus agar boediono dan sri mulyani dinonaktifkan, sby langsung menggelar konfrensi pers. Nah, sejak terbitnya buku GJA yang jelas-jelas menohok sby, keluarga dan partai demokrat, sby belum bereaksi, publik pun bertanya-tanya ada apa dibalik itu, benarkah apa yang ditulis GJA sehingga sby takut kepada GJA. Entahlah............. Yang jelas sby sampai saat ini belum membuktikan ancamannya seperti yang disampaikan di rapat kabinet terbatas tersebut. Sby mungkin bisa menggertak para penggerak demo hari anti korupsi bahwa akan ditunggangi oleh tujuan-tujuan politis yang menjurus anarki, namun terhadap GJA, sby seperti kehilangan akal mencari alasan untuk menggertak GJA apa motif dibalik penerbitan bukunya itu. Yang terjadi malah orang-orang lingkup sby yang bereaksi keras, seolah lagi carmuk, tudingannya pun sangat emosional, ya buku sampahlah, buku pornolah, buku infotainment ghibahlah, buku ngawurlah. Lho kenapa mereka pada banyak bacot, mungkin karena merasa kena bacokan parang buku GJA, kenapa mereka tidak segera bereaksi melapor ke polisi seperti yang dilakukannya terhadap tuduhan LSM Bendera, tanya kenapa ? Ibas Edi baskoro, anak sby sangat nyata di buku itu dituduh telah melakukan money politik untuk pemenangan demokrat. Ibas malah brondok kagak melapor ke mabes polri. Akan halnya GJA tentu dia sangat berani menantang sby, tentu ia yang telah gaek di dunia membongkar kejahatan para penguasa, tentu GJA tidak sekedar mengejar sensasi, sudah sangat siap dengan segala resiko jika bukunya dianggap ngawur. Terbukti sebelum buku itu diedarkan telah melakukan perjanjian dengan penerbit untuk melakukan pembelaan hukum dan telah menyediakan lawyer handal. Isi buku GJA sebenarnya bukan terfokus pada tudingan soal keterlibatan sby saja dalam skandal century, tetapi lebih dashyat, bahwa melalui yayasan-yasan itu sby melakukan kecurangan di dalam memenangkan pemilu, walaupun itu secara ilmiah masih dapat digolongkan sebagai beberapa hipotesa, tapi perlu diketahui sebuah hipotesa mempunyai potensi kebenaran dikisaran 70 – 90 % karena pengambilan hipotesa telah didasarkan fakta-fakta sementara yang bisa diuji kebenarannya. Sesuai judul buku itu, GJA memang bagai gurita yang siap menenggelamkan cikeas dan demokrat, gurita hidup di laut dalam, jika sby berani lebih dalam mengobok-ngobok GJA, misalnya melalu pengadilan di ranah hukum, hanya dua kemungkinan, sby atau GJA yang akan tenggelam walaupun sama-sama doktor, sama-sama pandai berenang. Wallahualam. (bersambung) SALAM DIALOG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H