[caption id="attachment_30910" align="alignleft" width="258" caption="Buku Karya Achmad Chodjim"][/caption] Syekh Siti Jenar merupakan nama yang menyimpan sejuta misteri. Hingga kini teka teki tersebut belum pernah terjawab. Apakah Syekh Siti Jenar itu memang benar benar ada sebagai Wali Ma’rifat atau hanya sekedar pitutur luhur simbol-simbol ajaran kearifan masyarakat Jawa. Terlepas dari misteri itu, penulis sebagaimana berbagai sumber telah mengulasnya hanya ingin sedikit memaparkan konsep neraka menurut syekh siti jenar. Apa itu neraka, berangkat dari konsep kematian yang dipaparkan oleh ajaran syeckh siti jenar, bahwa dunia ini adalah alam kematian, setelah jasad ditinggal nyawa itulah awal kehidupan yang sebenarnya. Dunia ini sebagai alam kematian sehingga dunia ini adalah alam ‘kubur’, pemahaman kubur adalah sesuatu yang ‘tersembunyi’ atau ‘disembunyikan’, contohnya walaupun pasutri telah berumur puluhan tahun, ada-ada saja rahasia atau sesuatu yang tersembunyi di antara keduanya. Karena dunia alam kematian makanya dunia ini disebut penuh kebohongan dan kepalsuan. Berangkat dari konsep itu, maka dunia inilah neraka, karena didunia inilah, nyawa atau jiwa dan ruh mempunyai wadah berupa jasad, dengan wadah jasad ini manusia mengalami kesengsaraan neraka, seperti kepanasan, kedinginan, musibah, lapar dan haus, sekaya apa pun manusia pasti mengalami hal itu berulang-ulang. Setelah jasad ditinggal nyawa, maka segala rasa dan kepedihan itu tidak ada lagi, tidak bergantung kepada sesuatu, tidak butuh sesuatu, jiwa itu bebas mengembara tanpa hambatan menuju tempat kembalinya. Ilustrasi Quran di dalam mengambarkan neraka, juga seperti itu, jiwa memiliki wadah tempat merasakan suka dan duka yang berulang-ulang. Jika dunia ini sejatinya neraka, maka di manakah sejatinya surga itu ? hal ini pernah ditanyakan oleh seorang sahabat rasulullah, “wahai rasul junjungan kami, dimanakah surga dan neraka itu ?” saat itu rasulullah menjawab, “dimanakah siang dan malam..?” Bagi manusia yang bisa hidup di dunia dengan memahaminya sebagai alam kematian, mampu mengendalikan hawa nafsunya dan sifat kebinatangannya, maka dia sebenarnya sudah menemukan surga, Jika sebaliknya dunia ini dianggap alam kehidupan, maka neraka adalah bagiannya. Setelah mati atau nyawa meninggalkan jasad atau meninggalkan dunia, menurut syekh siti jenar, manusia sudah lepas dari neraka, karena jiwa tidak lagi berwadah, yang ada kemudian adalah surga. Surga dipahami sebagai bentuk ketenangan, kedamaian, tanpa kebutuhan sesuatu apa pun seperti waktu hidup di dunia, dan dia hanya butuh satu, yaitu kembali bersama Tuhan. Wah, enak dong kalau gitu kita bisa berbuat apa saja di dunia, toh kalau sudah mati jasad, tidak ada lagi pembalasan di neraka. Bisakah anda berbuat demikian, tentu tidak karena dunia ini adalah alam kematian, anda berbuat sesuatu hanya seperti orang tidur lalu bermimpi, anda berbuat seperti apa yang sudah menjadi kodrat dan iradat. Menjawab hal itu syekh siti jenar pada masanya berkesimpulan bahwa ajaran hindu dan Islam memiliki kesamaan, yaitu siklus reinkarnasi atau konsep kehidupan kembali, jiwa yang menitis kembali lalu hidup di dunia kembali atau kembali kealam kematian atau kembali ke neraka lagi. Menurut syekh siti jenar, hidup-mati itu adalah biasa, akan terjadi berulang-ulang, analognya seperti tidur dan bangun. Tidur dilakukan untuk menyehatkan jasad, sementara mati untuk menyehatkan jiwa. Siklus ini akan terus berulang sampai jiwa manusia bisa mencapai ‘moksa’ atau ilahirajiun, atau manusia mencapai mi’raj, setelah jiwa manusia meninggalkan jasad (wafat). Artinya manusia di dunia ini tidak boleh seenaknya berbuat apa saja, apalagi dunia itu memang neraka, karena jika mati dan tidak bisa kembali ‘ilahirajiun’ maka dia akan tercipta kembali menjadi manusia di dunia untuk kembali menikmati neraka seperti karma yang telah dilakukannya pada kehidupan neraka sebelumnya, ini diistilahkan dengan ilahiturjaun. Misalnya jika anda seorang presiden yang jahat, maka setelah mati tentu dia tidak akan bisa mengalami ‘ilahirajiun’, hingga suatu masa dan waktu yang ditentukan dia kembali hidup di dunia melalu proses janin, ilahiturjaun, bukan lagi menjadi seorang presiden tetapi sesuai balasan karmanya, misalnya menjadi manusia gelandangan, cacat, dan hidup susah sejak bayi hingga tua dan mati kembali. Misalnya kenapa ada bayi yang lahir cacat, sementara yang lain tidak, sementara Tuhan sendiri berkata tidak sedikit pun menzalimi hamba-Nya, apakah karena sikap buruk ortunya, tentu tidak adil dong, masak bapak-ibu yang salah, lalu bayinya yang kena akibatnya, artinya bayi itu cacat karena balasan kehidupan dunia sebelumnya entah di mana. Lalu berapa tahun kemudian manusia kembali mengalami ilahiturjaun atau reinkarnasi, sesuai ilustrasi Quran, kisah alkahfi di mana sekelompok pemuda tertidur di dalam gua selama dua ratus tahun, kemudian terbangun dan hidup kembali, sementara anjing yang mengikuti mereka sudah hancur tinggal tulang-belulang. Dengan demikian diperkirakan manusia mengalami siklus reinkarnasi minimal dalam 2 abad kemudian. Kesimpulannya jika saat ini anda hidup dan banyak berbuat dosa sampai ajal tiba tidak pernah bertobat, maka tunggulah kurang lebih 200 tahun kemudian anda akan dihidupkan kembali ke dunia (neraka), entah di mana, yang jelas pasti hidup sengsara sesuai karma perbuatan sebelumnya waktu di dunia sekarang. Wallahualam. ***Diadaptasi dari karya Achmad Chodjim, “Syekh Siti Jenar, Makna Kematian” SALAM DIALOG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H