Mohon tunggu...
Rusdianto
Rusdianto Mohon Tunggu... Jurnalis - tukang ketik

10 persen manusia, 90 persen alien

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Guyonan Politik

1 Juni 2017   01:53 Diperbarui: 1 Juni 2017   01:56 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kontestasi politik perburuan kursi Gubernur Kaltim masih akan berlangsung tahun depan.  Tapi hingar-bingar pertarungan merebut kursi yang kini diduduki Awang Faroek Ishak itu telah mendistorsi, bahkan sampai ke warung-warung kopi.  

Beberapa tokoh telah mencuci wajah, dan memampang senyum-senyum di pinggir jalan.  Ruang-ruang obrolan ditengah masyarakat mengerucut pada beberapa nama.  Dari sekian survei-survei yang bertebaran, sebagian nama-nama itu kemudian muncul, sambil membusungkan dada dan memajang iklan 'siapa mau dampingi saya ?'.  Tak pelak ini memancing birahi banyak orang tanpa memandang kelas dan strata.

Tertarik ikut pasang angka pada perjudian bermodal sedikit air liur dan beberapa gepok rupiah pecahan seratus ribuan.  Tak mereka yang 'dinilai' pantas, saja yang berani menerkam umpan-umpan itu.  Badut-badut pinggiran kota juga bahkan berani memasang muka.  

Entah bedak curah, atau malah lem dari karet yang belum diolah, yang ditempelkan ke wajah mereka, hingga berani menempelkan nama dengan label Calon Wakil Gubernur.

Diperlukan ambisi untuk menutupi otak, tapi terkadang kerusakan otak dan penyakit gila sepertinya cukup untuk membuat nama-nama yang sebagian media bahkan menjadikannya sebagai Guyonan saja, berani tampil dan memasang nama.

Diakui atau tidak, kehadiran mereka justru 'dipakai' oleh para pemilik kepentingan, berlandaskan hak sebagai warga negara, untuk memilih dan di pilih.

Semoga mereka tak benar-benar diberi tempat untuk menduduki kursi penentu kebijakan.  Rakyat sudah bosan dengan permainan hanya untuk kekuasaan tanpa konsekuensi kesejahteraan.

Kalau jelas dipandang tak kompeten, sudahlah, jangan diberi kesempatan.  Pertaruhannya adalah nasib rakyat.  Jangan buang-buang uang, hanya untuk menggelar Kontes calon penguasa, yang hanya diisi badut-badut yang bahkan tak bisa mengukur lengan di bajunya.

Tak perlu majas, lupakan rima, rakyat tahu inisial atau nama, aahhhsudahlah.

Dari saya Rusdi, anak kampung pinggiran Sungai Mahakam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun