Gamelan degung, sebuah simfoni harmoni tradisional Jawa Barat, merangkum kekayaan budaya Indonesia yang mendalam. Dengan instrumen-instrumen yang khas seperti bonang, kenong, dan saron, serta tangga nada degung yang unik, gamelan degung menawarkan pengalaman mendalam dalam keberagaman musik Nusantara. Namun, keunikan ini terkadang belum sepenuhnya terserap oleh para siswa piano di Indonesia, yang masih menghadapi tantangan untuk meresapi keindahan musik tradisional, khususnya musik Sunda (Mulyana, 2012).
Seiring perkembangan zaman, terutama di lingkungan musik formal seperti sekolah musik dan kursus musik internasional, terlihat bahwa sensitivitas terhadap musik tradisional, terutama musik Sunda, semakin memudar. Dalam bacaan sebelumnya, permasalahan ini diidentifikasi sebagai akibat langsung dari kekurangan materi pengajaran piano yang dapat mengakomodasi tangga nada degung Sundanese.Â
Para siswa piano ini lebih akrab dengan karya-karya musik Barat daripada melibatkan diri dalam kekayaan harmoni lokal.
Oleh karena itu, penelitian mendalam diperlukan untuk memecahkan kebuntuan ini. Fokus utama penelitian ini adalah pengembangan etude piano yang berbasis pada tangga nada degung, yang tidak hanya mempertahankan esensi tradisional, tetapi juga memadukan unsur-unsur musik Barat.Â
Sejalan dengan perubahan selera dan minat generasi muda, terutama mereka yang terlibat dalam seni pertunjukan, penting bagi dunia musik untuk terus berkembang. Gamelan degung bukan hanya merupakan kenangan indah dari masa lalu, melainkan juga sebuah jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang kayaan budaya kita sendiri.
Melalui kombinasi elemen-elemen tradisional dan pendekatan modern, diharapkan penelitian ini akan membuka jalan bagi pengajaran musik yang lebih holistik di Indonesia. Etude piano yang dihasilkan dari penelitian ini bukan hanya menjadi medium untuk memperkenalkan tangga nada degung, tetapi juga sebagai karya seni yang memperkaya perjalanan musikal siswa. Maka, mari telusuri perjalanan ini untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang gamelan degung dan memberikan warna baru pada pembelajaran musik di Indonesia.
Sejarah Gamelan Degung
Gamelan degung, gemerlap harmoni yang memancar dari instrumen-instrumen khas seperti bonang, kenong, dan saron, adalah sebuah mahakarya musik tradisional Sunda. Akarnya yang dalam dan menyebar di sepanjang sejarah, terutama bermula dari kerajaan-kerajaan Sunda di Jawa Barat pada abad ke-7. Pada mulanya, gamelan degung muncul sebagai bentuk seni istana yang kemudian mengalami evolusi menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara keagamaan, perayaan pernikahan, dan acara kebudayaan lainnya (Gamelan Sunda, Alunan Indah Yang Mendayu, n.d.).
Keunikan Instrumen dan Laras Degung
Instrumen-instrumen seperti bonang, kenong, dan saron memberikan identitas khusus pada gamelan degung. Kombinasi yang harmonis dari bunyi-bunyian ini menciptakan lanskap sonik yang memukau. Laras atau tangga nada degung memiliki susunan nada yang khas, mencakup G, B, C, D, F#, dan G. Unsur-unsur ini, dengan urutan yang berbeda dari tangga nada Barat, memberikan karakter khusus pada gamelan degung, membuatnya berbeda dari jenis gamelan lainnya.
Membawa Gamelan Degung ke Tingkat Internasional
Gamelan degung tidak hanya menjadi permata seni tradisional Indonesia, tetapi juga memperoleh perhatian di tingkat internasional. Karya-karya monumental seperti "Balinese Ceremonial Music" karya Colin Mcphee dan etude "Galamb Borong" karya Ligeti menjadi bukti nyata bagaimana gamelan degung mampu memikat telinga di mancanegara. Meskipun karya-karya ini menggunakan instrumen piano untuk merentangkan melodi gamelan, sayangnya, belum ada materi pengajaran yang secara khusus dikembangkan untuk tujuan ini.
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam memperkenalkan gamelan degung kepada generasi muda adalah kurangnya ketertarikan mereka terhadap musik tradisional. Inilah saatnya di mana etude piano muncul sebagai penyelamat. Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa cenderung lebih tertarik untuk mempelajari potongan musik yang memiliki latar belakang musik konvensional. Piano, sebagai instrumen yang dikenal luas, memberikan medium yang nyaman bagi siswa untuk memahami nuansa tangga nada degung melalui prisma musik Barat (Midyanti et al., 2019).
Membuka Pintu Pemahaman dengan Etude Piano
Etude piano berbasis tangga nada degung adalah langkah inovatif untuk mengatasi ketidaksetiaan terhadap musik tradisional. Dengan meramu elemen-elemen tradisional dengan pendekatan musik Barat, etude-etude ini membentuk jembatan antara dua dunia musik yang kadang-kadang terpisah. Tujuan utamanya bukan hanya untuk merangkul warisan budaya, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang tidak melewatkan keindahan gamelan degung.
Gamelan degung adalah bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia, khususnya dalam tradisi musik Sunda. Meskipun memiliki keindahan yang unik, masih ada tantangan dalam memperkenalkannya kepada generasi muda, terutama mereka yang belajar piano. Pengembangan etude piano berbasis tangga nada degung adalah langkah positif untuk memperkenalkan dan memahami musik tradisional ini melalui pendekatan yang akrab bagi para siswa.
Dengan melibatkan unsur-unsur musik tradisional dalam pengajaran musik Barat, kita dapat menciptakan jembatan antara dua dunia yang tampaknya berbeda. Gamelan degung bukan hanya warisan masa lalu; melainkan, itu adalah kaya akan inspirasi dan nilai estetika yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap musik di antara para pemain piano di Indonesia. Melalui pengembangan etude piano berbasis degung, kita membuka pintu untuk lebih banyak generasi yang dapat merasakan keindahan dan kedalaman gamelan degung, mewariskannya kepada masa depan yang lebih terang.