Mohon tunggu...
Kalila Aini Turisna
Kalila Aini Turisna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kalila

Kalila Aini Turisna

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Batik Mangrove: Salah Satu Potensi Pemberdayaan Masyarakat di Desa Tanjung Rejo

6 Desember 2024   10:27 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:29 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik mangrove menjadi salah satu potensi pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Tanjung Rejo, Deli Serdang. Melalui KTH Sima Batik, yang secara resmi dibentuk pada tahun 2020, Kelompok Sima Batik sudah terlibat dalam pengelolaan konservasi mangrove.

"Jadi kain batik ini memanfaatkan limbah dari kulit pohon mangrove yang jatuh sebagai pewarna alami untuk kain batik," ujar Ibu Hamida, Ketua Kelompok Sima Batik.

Meskipun secara resmi dibentuk pada tahun 2020, aktivitas usaha batik oleh kelompok ini sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2016. Proses produksi batik mangrove dimulai dari pengumpulan limbah kulit pohon mangrove yang jatuh secara alami. Jenis mangrove seperti jeruju, berembang, dan api-api sering dimanfaatkan untuk pewarnaan. Limbah ini kemudian diolah menjadi pewarna alami yang ramah lingkungan.

Produk utama yang dihasilkan kelompok ini adalah Batik Mangrove, baik dalam bentuk batik tulis maupun batik cap. Harga kain batik mangrove cukup beragam, mulai dari 800 ribu untuk batik tulis dan 250 ribu untuk batik cap. Selain kain batik, KTH Sima Batik juga menghasilkan berbagai produk turunan seperti totebag, dompet, dan sandal.

Produk turunan ini menjadi salah satu inovasi penting yang membantu meningkatkan nilai jual serta memperluas pasar. Dengan desain yang unik dan bahan dasar alami, produk-produk ini diminati hingga pasar nasional dan bahkan memiliki potensi untuk menembus pasar internasional. Saat ini, kelompok mampu menjual 20-30 unit produk turunan per bulan, seperti totebag dan sandal. Untuk batik tulis, kelompok berhasil menjual 3-4 lembar per bulan.

Namun, di tengah pencapaian tersebut, KTH Sima Batik masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya peralatan untuk mencetak motif batik serta keterbatasan fasilitas produksi. Saat ini, rumah produksi yang digunakan merupakan bangunan pinjaman dari pihak desa. Hal ini menghambat kelompok dalam meningkatkan kapasitas produksi mereka.

"Ada kendalanya itu peralatan buat cetak motif batiknya masih terbatas. Jadi mau bikin motif lain juga masih susah kalau enggak ada alat cetak nya buat yang batik stempel." ucap Ibu Hamida.

Untuk mengatasi kendala tersebut, kelompok ini berharap mendapatkan bantuan berupa rumah produksi, galeri untuk memamerkan produk, dan peralatan tambahan. Bantuan ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberikan peluang lebih besar untuk memperluas pasar dan melibatkan lebih banyak masyarakat lokal dalam kegiatan ekonomi berbasis lingkungan. 

KTH Sima Batik merupakan contoh nyata bagaimana potensi lokal dapat dikembangkan menjadi peluang ekonomi yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan bahan baku alami dari lingkungan sekitar, kelompok ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga menjaga kelestarian mangrove yang menjadi salah satu aset alam penting di Desa Tanjung Rejo.

Melalui inovasi, dedikasi, dan semangat konservasi, KTH Sima Batik terus menjadi inspirasi bagi pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun