Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Golf Lintas Generasi di Dusun Jangli Gabeng

12 April 2015   04:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360279" align="aligncenter" width="560" caption="Anak-anak bermain golf"][/caption]

Golf bukan monopoli orang berduit. Anak-anak miskin di Dusun Jangli Gabeng, Kelurahan Jangli Kota Semarang juga kerap memainkannya. Sepuluh tahun lalu, mereka bahkan bisa bermain golf di lapangan golf asli berstandar internasional: Graha Candi Golf (GCG). Gratis tentunya, karena bea member di sana mestinya mahal.

Itu dulu, sekira 10 tahun silam. Saat itu, GCG (mungkin sengaja) belum tuntas membangun pagar pembatas. Ada salah satu titik, tepatnya sebelah timur-selatan yang belum terpagar.

Area tak berpagar ini, kerap dimanfaatkan warga Dusun Jangli Gabeng dan Jangli Mbanteng sebagai jalan pintas menuju kota. Dua dusun itu memang terkepung berbagai proyek: jalan tol serta lapangan golf.

Untuk keluar dusun, misalnya mereka harus mengitari padang golf yang luas, sehingga "jatuhnya" jauh. Daripada memutar, sebagian memilih menerobos melalui padang golf dengan memanfaatkan area yang belum berpagar tadi. Waktu itu, satpam (mungkin diinstruksikan) untuk mahfum dan tidak melarang warga yang melintas.

Selain sekadar melintas, sebagian anak-anak memanfaatkan lebih jauh. Saat kondisi sepi, para bocah bermain golf di salah satu lapangan. Stik maupun bolanya asli. Saya yakin, satpam dan pemilik golf mengetahui aktivitas "liar" itu. Tapi mungkin, kala itu, mereka memilih bersikap ramah.

[caption id="attachment_360280" align="aligncenter" width="300" caption="Penonton antusias"]

1428786437617821127
1428786437617821127
[/caption]

Bermain di Bukit

Sekarang, "jalan tikus" di lapangan golf itu sudah ditutup. Tetapi hobi golf jalan terus. Cuma pindah tempat saja. Tidak lagi di lapangan kelas internasional, cukup di tanah yang lapang dan terbuka.

Salah satu bukit di kawasan itu menjadi alternatif venue. Stik dan bolanya asli, tapi terlihat bekas (sudah lama). Tidak menggunakan tee, jadi bola langsung diletakkan di tanah. Saya sempat nongkrong melihat mereka bermain, tanpa paham bagaimana aturan permainan dan skoringnya.

Saya sempat bertanya, di mana mereka membeli stik dan bola. Mereka menjawab beli di toko, tanpa penjelasan lebih detil. Mungkin stiknya membeli bekas (maaf, sudah under estimate). Mungkin pemberian warga yang menjadi caddy di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun