"JIKA saat ini dunia telah memiliki terusan Suez dan Panama, maka kelak akan ada terusan Istanbul," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan. Bulan lalu, Presiden Turki menegaskan rencana ambisiusnya, yakni membangun terusan Istambul. Kanal ini akan menghubungkan laut Hitam dengan laut Marmara.
Saat ini sudah ada selat alami yang menghubungkan kedua laut itu, yakni selat Bosphorus. Tetapi jalur itu sangat padat. Turki memandang, pembangunan selat buatan sepanjang 43 kilometer itu akan memberi penghasilan delapan miliar dolar per tahun.
Bosphorus merupakan "selat kecil" namun penting. Bukan hanya membelah Turki, tetapi juga menjadi batas dua benua yakni Asia dan Eropa. Selat tersebut merupakan jalur tersibuk di dunia. Dilintasi tak kurang dari 53 ribu kapal setiap tahun. Adapun selat buatan, akan dibangun di sebelah baratnya.
Erdogan pertama kali menyebut "selat" pada 2011. Tetapi belum ada langkah signifikan sejak itu. Baru 10 Oktober lalu, saat mengikuti forum bisnis di Beograd Serbia, Erdogan menyatakan akan memulai proyek akhir tahun ini. Atau setidaknya awal tahun depan.
"Membuka kanal baru yang sejajar dengan Bosphorus, yang kami sebut dengan kanal Istambul, adalah mimpiku," kata Erdogan.
Selat buatan itu melintas dekat bandara utama Istanbul, di danau Kucukcekmece. Di kawasan tersebut terdapat Bathonea, kota pelabuhan peninggalan peradaban Byzantine ribuan tahun silam. Pembangunan kanal baru itu akan menelan dana 10 miliar dolar. Diperkirakan rampung tahun 2023, bertepatan dengan perayaan 100 tahun kemerdekaan Turki.
Respons Oposisi
Kalangan oposisi menolak rencana pembangunan selat itu. "Mereka sendiri menyebutnya 'proyek gila', tapi kami menyebutnya proyek mimpi buruk," kata Onur Akgul, anggota Northern Forest Defense, kelompok pecinta lingkungan.
Para ilmuwan juga mengatakan, proyek itu akan mengganggu keseimbangan laut Hitam. Serta memacu kadar hidrogen sulfida di laut Marmara, yang akan membuat Istambul dihantui bau busuk.
Proyek ini juga dikhawatirkan merusak situs arkeologi bernilai tinggi. Seperti Bathonea (peninggalan peradaban Bizantium) dan gua Yarimburgaz (permukiman tertua di Eropa). (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H