Bulan memang kalah segala-galanya dari matahari. Baik dari segi ukuran maupun energi yang dipancarkan. Tetapi, lebih dekat posisinya dengan bumi.
Pada aspek tertentu, bulan lebih mampu mempengaruhi kondisi bumi dibanding matahari. Di antaranya pada hal bencana banjir-rob yang terus menghantui banyak kota besar.
Rob sebenarnya fenomena alam biasa: pasang dan surut air laut. Pendek kata, air laut akan mengikuti keberadaan bulan. Di mana ada bulan, ke sanalah air laut bergerak sehingga terjadi pasang. Sebaliknya, permukaan air laut di sisi balik bumi (ditinjau dari sudut pandang bulan) akan mengalami surut.
Gaya gravitasi bumi mampu menarik air. Adapun matahari, karena jauh, tak terlampau signifikan pengaruhnya.
Fenomena pasang-surut air laut terjadi di seluruh dunia. Tetapi di beberapa kota di Indonesia menjadi masalah besar. Misalnya di Semarang, Pekalongan, dan Jakarta. Fenomena air pasang menjelma banjir rob yang sangat mengganggu.
Memang, rob merupakan banjir statis. Dalam arti, cuma genangan. Bukan banjir bandang yang bisa menghanyutkan.
Tapi kandungan garam dalam air rob mempunyai daya korosif yang kuat. Dampaknya pada kendaraan bermotor (sepeda motor atau mobil).
Jika kendaraan terkena rob, harus segera dicuci dengan air bersih. kalau tidak, karat segera merajam. Masalahnya, tak mudah mencuci kendaraan (menggunakan air bersih) saat pemukiman tengah terendam rob.
Rob merupakan masalah tata ruang. Rob terjadi karena area pasang-surut berubah fungsi. Termasuk akibat kegiatan reklamasi pantai (misal untuk pemukiman, pabrik, atau pelabuhan).
Kawasan hasil reklamasi biasanya aman dari rob. Karena letaknya tinggi dan ada tanggul. Maklum, biasanya reklamasi dilakukan pengusaha besar. Peruntukannya juga untuk kawasan yang cenderung elit.
Tapi imbasnya, air laut mengalir ke kawasan lain yang letaknya lebih rendah. Misalnya pemukiman nelayan atau hunian lain.