Penghasut lain adalah Jamaat-e-Islam, sebuah organisasi politik yang menentang pemerintah saat ini. Abu Nasur, seorang pekerja di Islami Chhatra Shibir, sayap mahasiswa Jamaat-e-Islami, ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan Mahmuda Kahnom. Kahnom adalah istri dari Babul Akter, seorang perwira polisi senior Bangladesh yang bertanggung jawab untuk operasi terhadap kelompok bersenjata yang termotivasi agama. Kahnom tewas saat ia mengantar putranya ke bus sekolahnya.
Menurut Sajeeb, yang pasti, ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan ini.Â
"Tetapi klaiman tersebut tidak lebih dari gerakan humas oleh kelompok teroris tersebut. Untuk meningkatkan tipu daya promosi diri ini, ISIS telah mulai mencantumkan pada bagian dari jurnal Dabiq, untuk Bangladesh. Tujuannya adalah untuk memperkuat narasi ekspansi ISIS ini meskipun tidak benar. Kelompok militan di Bangladesh menerima afiliasi ini karena mereka percaya bahwa itu meningkatkan citra mereka juga," jelas Sajeeb.
Bangladesh adalah negara dengan beragam ideologis. Terdapat jaringan kompleks dari kelompok-kelompok Islam antara moderat hingga radikal. Setelah pemilu nasional pada tahun 2009 ketika pemerintah Liga Awami sekuler naik ke tampuk kekuasaan, Jamaat-e-Islami dan sekutunya mulai menggunakan kekerasan. Keputusasaan mereka menyebabkan klaim sesekali telah bekerjasama dengan ISIS. Hal ini sebagian untuk menyembunyikan kegiatan jahat mereka dan juga untuk membuat tindakan mereka tampak lebih mengancam daripada mereka sesungguhnya.
"Anggap ada hubungan ISIS yang menawarkan kelompok-kelompok lokal sebuah kesempatan untuk mengubah citra dan memodernisasi radikalisme mereka. Namun pada kenyataannya, Irak dan Suriah tidak melakukan kejahatan tersebut. Para pelaku adalah ekstrimis Bangladesh yang telah diindoktrinasi dari usia muda secara lokal untuk menyerang melawan pemerintahan sekuler seperti yang sekarang dengan bangga Bangladesh miliki," sanggah Sajeeb mengakhiri tulisannya.
Siapa pun para pelaku dari teror terhadap kaum minoritas di Bangladesh perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah Bangladesh pimpinan Perdana Menteri Sheikh Hasina. Dan ini juga menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk melihat ke dalam terhadap kelompok-kelompok Islam ekstremis yang berusaha mengganggu kerukunan hidup beragama di Indonesia.
Kekerasan dan teror terhadap kaum minoritas di Bangladesh telah menambah panjang daftar kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islamis radikal dan ini jelas-jelas mencoret citra Islam di mata internasional. Terlebih dengan diamnya kaum Muslim "moderat" memberikan kesan pembiaran bahkan dukungan terhadap aksi-aksi kekerasan ini.Â
Dengan citra buruk seperti itu, tidaklah mengherankan jika terjadi pergolakan sejumlah warga dunia di belahan bumi seperti di Eropa yang menolak atau menentang keberadaan imigran khususnya Muslim.[Kalasok]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H