Mohon tunggu...
Alfi Syahriyani
Alfi Syahriyani Mohon Tunggu... -

Graduate of English Studies at FIB-UI. Dreamer. English teacher. Free writer. Book Worm. Social-entrepreneur ;)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi dan Bulan

16 Desember 2010   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:41 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

20 Ramadhan, pukul 00.00

Aku baru benar-benar menyadarinya saat duduk di Starbucks Café malam-malam. Di sana tidak ada apa dan siapa. Hanya sebuah bulan yang menggantung di langit sana. Tadinya ingin coba kuraup, tapi tanganku terlalu kecil untuk memeluk. Bulan mengalah dan memantulkan cahaya pucatnya ke dalam kopiku. Kulihat bayangan di cangkir itu menggenang bergoyang-goyang. Lama-lama bayangannya membentuk lambang hati. Aku terkesiap dan spontan menghampiri jendela café demi melihat langit. Kosong tanpa bintang, hanya ada bulan yang sempurna purnamanya.

Aku kembali duduk menjarak kaca jendela. Diam untuk beberapa lama, memandangi bayangan bulan berbentuk hati dalam kopiku. Akhirnya, tenggak demi tenggak kuminum tanpa perlu menghirup aromanya terlebih dahulu. Beginikah rindu itu? Ada rasa pahit, ada manis, ada kental, ada gurih, ada ruap, ada tidur dan terjaga. Ada kopi, dengan cinta, rasa, dan warnanya. Adakah Kau?

Pukul 08.00, di luar café

Aku ke luar dari café buru-buru. Mendadak sekitarku gelap. Tiba-tiba dari jauh ada yang menyahut, “Astaga, bulan di langit lenyap! Siapa yang mengambilnya?!”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun