Mohon tunggu...
Alfi Syahriyani
Alfi Syahriyani Mohon Tunggu... -

Graduate of English Studies at FIB-UI. Dreamer. English teacher. Free writer. Book Worm. Social-entrepreneur ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi dengan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

21 Januari 2011   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:20 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diskriminasi terhadap Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Indonesia rupanya masih sering terjadi. Hal inilah yang melatarbelakangi para mahasiswa UI melakukan Social Entrepreneurship Initiative di pemukiman belakang RS Kusta Sitanala RT 01, Desa Karangsari, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Minggu (05/12/10).

Para mahasiswa yang tergabung dalam Indonesia Leadership Program (ILP) ini memberdayakan 20 ibu-ibu keluarga OYPMK melalui keterampilan jilbab manik. Harapannya, selepas mereka diberikan pelatihan intensif selama empat kali, mereka bisa memiliki usaha jilbab manik mandiri.

Program ini mendapat sambutan positif dari Ketua RT 01 Kampung Kusta Sitanala, Bapak Mistam. “Alhamdulillah, program yang bagus, saya bersyukur ada mahasiswa yang masih peduli. Saya harap program ini terus berlanjut setelah mereka dilepas” ujar Pak Mistam

Pemberdayaan OYPMK merupakan salah satu bentuk kontribusi para mahasiswa berprestasi UI yang tergabung dalam ILP. Selain melatih sikap kepemimpinan, program ini juga bertujuan untuk mengasah kepekaan mereka terhadap realitas sosial. Berbeda dengan program sosial yang lain, pemberdayaan dari ILP menekankan sisi entrepreneurship, sehingga para warga bisa mendapatkan panghasilan tambahan secara mandiri. Oleh karena itu, pendampingannya pun membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar tiga bulan lebih.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, pekerjaan warga RT 01 desa Karangsari rata-rata yaitu tukang sapu jalanan, pengemis di jalan-jalan besar kota Tangerang, penarik becak, kuli bangunan, dan calo (pemungut pungutan liar). Penghasilan rata-rata kepala keluarga yaitu hanya sebesar Rp.26.000-Rp.50.000 perhari. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi merupakan kegiatan yang tepat bagi OYPMK.

“Keterbatasan fisik membuat masyarakat enggan untuk menerima mereka di tempat kerja. Semoga dengan adanya program ini mereka bisa lebih percaya diri” lanjut Pak Mistam.

Terakhir, program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi para mahasiswa lain yang ingin berkontribusi langsung ke masyarakat, sesuai dengan tag line yang diusung, “Merajut Benang Harapan”(AS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun