Pengantar
Dalam kitab suci orang Nasrani, banyak dilukiskan perdebatan antara Yesus dan ulama anggota Majelis Ulama Yahudi (MUY). Bila kita membaca dengan jernih dan cerdik, kita terpana akan:
- Kecerdikan dan bijaksananya Yesus dalam debat melawan MUY. Kepiawaian Yesus dalam menggunakan cerita perumpamaan/parabel yang mengakibatkan ulama Yahudi terdiam dan kalah.
- Ajaran spiritual Yesus penuh dengan diskusi, perdebatan dan kecerdikan, bukan cuci otak (brain washing), dan Yesus tidak sekalipun bermaksud mendirikan agama. Penggunaan perumpamaan menyebabkan ajaran spiritual Yesus tidak usang dimakan jaman.
- Politisasi agama Yahudi (seolah-olah memakai UU Penodaan agama Yahudi) oleh MUY dalam menjerat Yesus yang sulit dikalahkan dalam debat (MUY bersekutu dengan militer Romawi saat itu untuk menghukum mati Yesus).
- Politisasi agama yang ternyata sudah dua ribuan tahun lalu dipratekan tenyata masih sangat ampuh dipraktekan dinegara berkembang apalagi disertai UU Penodaan Agama. Di negara maju, modern dan cerdas tidak mengenal UUP.
Politisasi Agama Melawan Yesus
Tinjauan dibawah ini lebih dari sisi sejarah dan politik, ketimbang religius.
Pada masa itu, dari hari ke hari kehadiran Yesus di tengah-tengah masyarakat ternyata banyak memikat simpati sehingga mereka mengikuti Yesus kemana pun pergi untuk mendengarkan ajaran-ajarannya (Luk. 19:48). Orang banyak itu berbondong-bondong mengikutinya, bahkan ada yang datang dari tempat-tempat yang jauh: dari Yerusalem, dari Yudea dan dari seberang sungai Yordan (Mat. 4:23-25). Mereka terkesan dengan Yesus disebabkan ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mat. 7:28-29).
Wajar saja apabila sambutan mereka terhadap kedatangan Yesus di Yerusalem begitu gegap gempita. Mereka mengatakan bahwa “inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” (Mat. 21:11). Yesus kemudian dinaikkan ke atas seekor keledai, diarak dengan sorak-sorai bahkan banyak orang menghamparkan pakaian mereka di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dan menyebarkannya. Mereka mengikuti Yesus dengan suka cita: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat. 21:7-9).
Meski pada awalnya Yesus memperoleh simpati yang sangat luas dari masyarakat, namun sayangnya, simpati itu kemudian berubah menjadi kekecewaan yang sangat mendalam dikarenakan segala harapan mereka pupus. Pada mulanya mereka ingin Yesus menjadi raja dunia mereka. Bila ia memang Mesias atau Kristus, Yesus harus mengembalikan zaman keemasan Daud dan Sulaiman. Namun bila mereka hendak datang dan membawanya dengan paksa untuk menjadikannya raja, ternyata Yesus malah menolak, bahkan ia menyingkir ke gunung seorang diri (Yoh. 6:15). Yesus pun mengatakan bahwa kerajaan yang beliau bawa bukan dari dunia ini tetapi kerajaan rohani alias Kerajaan ALLAH atau Kerajaan Sorga (Yoh. 18:36). Inilah salah satu sebab yang membuat mereka kecewa dan meninggalkan Yesus.
Penyebab yang lain adalah meski ajaran Yesus menakjubkan mereka (Mrk. 1:27) tetapi itu terlalu keras. “Siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yoh. 6:60). Ketika Yesus mengatakan bahwa ia adalah “roti yang telah turun dari sorga”, maka orang-orang Yahudi bersungut-sungut. Bagaimana Yesus dapat berkata begitu, sedangkan mereka tahu asal-usul Yesus (Yoh. 6:41-43). Apalagi Yesus mengatakan, barang siapa makan dari padanya, ia tidak akan mati, bahkan hidup untuk selama-lamanya (Yoh. 6:51, 58). Kata mereka, ucapan-ucapan ini sudah menjadi hujatan yang sangat hebat terhadap Tuhan. Jadi, pembaharuan rohani yang ingin Yesus lakukan terhadap hukum Taurat ternyata berbenturan dengan pemahaman mereka yang dangkal dan harafiah. Akibatnya, banyak muridnya yang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikutinya (Yoh. 6:66).
Beberapa tuduhan dusta yang dilancarkan terhadap Yesus
Melihat popularitas Yesus di masyarakat semakin meluas, para ulama Yahudi menjadi khawatir, “Apabila kita biarkan dia, maka semua orang akan percaya kepadanya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita” (Yoh. 11: 48). Mereka akhirnya berunding untuk merumuskan rencana menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Mereka juga tidak akan menangkap Yesus pada waktu perayaan Paskah atau perayaan lainnya. Alasannya, mereka takut akan terjadi keributan karena banyak orang yang ternyata pro Yesus (Mat. 263-5).
Ketika pesta hari raya Pondok Daun tiba, Yesus pun berangkat ke Yerusalem dengan diam-diam. Orang-orang Yahudi mencari-cari Yesus, “Dimanakah Ia?” Banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Yesus. Ada yang mengatakan bahwa “Ia orang baik.” Tetapi ada pula yang berkata, “Tidak, Ia menyesatkan rakyat.” Dan di antara orang banyak itu ada banyak yang percaya kepada-Nya dan mereka berkata: “Apabila Kristus datang, mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mukjizat dari pada yang telah diadakan oleh Dia ini?” (Yoh. 7:10-12, 31).