Mohon tunggu...
Kamilah Rahmasari
Kamilah Rahmasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa dari salah satu PTN di Jakarta. Belajar di bidang Jurnalistik dan gemar mempelajari dunia broadcasting. Media dan digital menjadi produk saya sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Aliran Sunni dan Syiah: Perspektif Akidah Islam

2 Januari 2024   23:50 Diperbarui: 3 Januari 2024   00:04 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam menjadi agama dan kepercayaan yang diikuti oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Namun, dalam konteks Indonesia yang multikultural, dinamika Islam di Indonesia juga memiliki mayoritas aliran yang diikuti oleh umat Muslim. Dalam artikel ini kita akan mengeksplorasi perbedaan perspektif antara aliran Sunni dan Syiah di Indonesia. Meskipun Sunni mendominasi jumlah penganutnya, sebagian kecil masyarakat Indonesia juga mengidentifikasi diri sebagai penganut Syiah. Oleh karena itu, artikel ini tentunya akan memberikan wawasan mendalam tentang akar sejarah, perbedaan akidah, dan tradisi keagamaan kedua aliran tersebut. Dengan memahami dan menghormati perbedaan ini, diharapkan dapat mendorong harmoni dan kerukunan serta toleransi yang tinggi antar umat beragama di Indonesia.

1. Dasar Akidah

Dasar akidah dari aliran Sunni dan Syiah memiliki perbedaan yang mencolok, terutama dalam hal penentuan kepemimpinan dan pewarisan spiritual dalam Islam. Aliran Sunni, yang merupakan mayoritas umat Islam, memandang bahwa pemimpin Muslim seharusnya dipilih melalui musyawarah atau pemilihan umat, dan menerima empat khalifah pertama (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) sebagai penerus sah Nabi Muhammad. Mereka menilai keutamaan sahabat Nabi dan meyakini bahwa pemimpin Muslim seharusnya dipilih berdasarkan kualitas kepemimpinan dan integritas moral.

Di sisi lain, aliran Syiah meyakini konsep Imamah, yaitu kepemimpinan spiritual yang diwariskan secara ilahi kepada keturunan Nabi, dimulai dengan Imam Ali, suami dari putri Nabi, Fatimah. Syiah memandang bahwa pemimpin spiritual umat Muslim harus berasal dari keluarga langsung Nabi Muhammad. Pemimpin-pemimpin ini, yang disebut Imam, dianggap memiliki otoritas ilahi dan keleluasaan untuk memberikan petunjuk spiritual dan kepemimpinan politik. Dengan perbedaan fundamental ini, aliran Sunni dan Syiah membentuk pandangan-pandangan unik terkait dengan warisan spiritual dan kepemimpinan dalam Islam.

2. Konsep Imamah dan Khilafah

Konsep Imamah dan Khilafah adalah dua aspek sentral yang membedakan antara aliran Sunni dan Syiah dalam Islam, terutama terkait dengan kepemimpinan dan otoritas spiritual dalam umat Muslim. Dalam aliran Sunni, memandang konsep Khilafah sebagai bentuk kepemimpinan yang sah. Khilafah adalah sistem kepemimpinan politik yang dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah atau pemilihan umum. Sunni mengakui empat khalifah pertama, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, sebagai penerus sah Nabi Muhammad dan pemimpin Muslim yang dipilih oleh masyarakat. Pemimpin Sunni, atau khalifah, dianggap sebagai pemimpin politik yang memimpin umat Islam secara dunia dan tidak memiliki status spiritual khusus.

Di pihak lain, aliran Syiah memandang konsep Imamah sebagai dasar utama kepemimpinan spiritual umat Islam. Imamah merujuk pada kepemimpinan spiritual yang diwariskan secara ilahi kepada keturunan Nabi Muhammad, dimulai dengan Imam Ali. Para pemimpin spiritual Syiah, yang disebut Imam, dianggap memiliki otoritas ilahi dan keleluasaan untuk memberikan petunjuk dan bimbingan spiritual. Syiah meyakini bahwa Imam tidak hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga pemimpin spiritual dan otoritas tertinggi dalam hal interpretasi ajaran agama. Perbedaan utama antara Imamah dan Khilafah adalah bahwa Imamah menekankan warisan keturunan Nabi, sedangkan Khilafah menekankan pemilihan oleh umat.

Dalam kesimpulannya, konsep Imamah dan Khilafah mencerminkan perbedaan mendasar antara aliran Sunni dan Syiah terkait dengan kepemimpinan dalam Islam. Sunni menekankan aspek politik dan pemilihan umum, sementara Syiah mempercayai warisan keturunan dan kepemimpinan spiritual yang diwariskan secara ilahi. Perbedaan ini telah menjadi sumber perpecahan sejarah dan pandangan berbeda tentang otoritas dalam Islam.

3. Hadits dan Sumber Ajaran

Aliran Sunni dan Syiah memiliki perspektif yang sedikit berbeda dalam hal hadis (tradisi lisan Nabi Muhammad) dan sumber ajaran mereka. Aliran Sunni mendasarkan ajarannya pada enam koleksi hadis utama, yang paling terkenal di antaranya adalah Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Sunni menganggap hadis-hadis ini sebagai sumber otoritatif untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka memberikan nilai tinggi pada konsensus umat Islam (ijma) dan analogi (qiyas) sebagai tambahan metode interpretasi hukum Islam.

Sementara itu, aliran Syiah memiliki koleksi hadis mereka sendiri dan menekankan koleksi yang berasal dari para imam mereka yang dianggap memiliki otoritas spiritual dan pengetahuan luar biasa. Kitab-kab besar dalam literatur hadis Syiah meliputi al-Kafi, Nahj al-Balaghah, dan Bihar al-Anwar. Selain itu, Syiah memiliki keyakinan khusus terkait dengan imam mereka sebagai sumber hidayah dan ilmu yang dapat diwarisi dari generasi ke generasi. Meskipun terdapat kesamaan dalam banyak hadis antara Sunni dan Syiah, perbedaan dalam koleksi hadis dan cara interpretasinya mencerminkan nuansa perbedaan dalam pemahaman dan praktik keagamaan antara kedua aliran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun