Kediri, (4/12) --- Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-60, Forum Komunikasi Kesehatan Islam (FKKI) bekerja sama dengan DPP LDII mengadakan Pelatihan Keterampilan Bantuan Hidup Dasar di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri pada Sabtu (3/12). Acara yang digelar secara hybrid ini dihadiri oleh ratusan peserta, termasuk tenaga kesehatan, pengurus pesantren, dan masyarakat umum. Â
KH. Sunarto, Ketua Ponpes Wali Barokah, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesehatan dalam mendukung pencapaian Tri Sukses LDII (Akhlakul Karimah, Alim-Fakih, Mandiri) dan visi Indonesia Emas 2045. "Kesehatan adalah elemen penting untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Pesantren harus menjadi pelopor dalam mewujudkan generasi sehat dan berprestasi," ujarnya. Â
KH. Sunarto juga menyebut bahwa pelatihan ini menjadi motivasi tambahan bagi pesantren untuk meningkatkan kualitas kesehatan, terutama setelah Wali Barokah berhasil meraih juara tiga dalam lomba Pesantren Sehat tingkat provinsi. Â
Dokter Riko Lauzuardi, Sp.KJ, yang mewakili Ketua FKKI, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari inisiatif nasional yang telah dilaksanakan di lebih dari 80 titik di Indonesia. "Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Kepedulian bersama adalah kunci untuk menghadapi tantangan kesehatan yang ada," ungkapnya. Â
Pada sesi utama, dr. Muslim Tadjuddin Chalid, Sp.An KAKV, Konsultan Anestesi Kardiovaskular dari RS Pertamina Jakarta, memberikan pelatihan teknis tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD). Ia menjelaskan pentingnya keterampilan ini dalam menyelamatkan nyawa, terutama pada situasi darurat seperti henti jantung. Â
"Henti jantung harus ditangani dalam waktu 3--6 menit untuk mencegah kerusakan organ permanen. Dengan langkah sederhana seperti Resusitasi Jantung Paru (RJP), nyawa seseorang bisa diselamatkan sebelum bantuan medis profesional tiba," terang dr. Muslim. Â
Ia memaparkan teknik RJP melalui lima langkah utama: Approach Safely, Check and Call, Circulation, Airway, dan Breathing. "Kompresi dada yang efektif melibatkan tekanan pada 1/3 bagian bawah sternum dengan kecepatan 100--120 kali per menit. Jika dilakukan dengan benar, ini bisa memperpanjang peluang hidup korban," tambahnya. Â
Selain itu, ia juga membahas cara menangani tersedak, memberikan bantuan napas buatan, dan melakukan kompresi yang sesuai untuk dewasa, anak-anak, dan balita. "Keselamatan korban adalah prioritas utama, meskipun risiko seperti patah tulang iga bisa terjadi," katanya. Â
dr. Muslim berharap pelatihan ini tidak hanya bermanfaat bagi pesantren, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan tanggap terhadap situasi darurat. "Kerja sama ini diharapkan terus berlanjut, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H