Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tulisan Sakti di Lemari Kusam

22 November 2010   06:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_74196" align="aligncenter" width="448" caption="pesona alang-alang (dok.pribadi)"][/caption] Tulisan itu tampak tak buruk. Masih dapat dibaca dengan jelas. Sepertinya untaian sebuah bait syair yang ujungnya terpotong. Terukir di pintu lemari besi yang kusam di kamar salah seorang kawan yang tinggal di Asrama International University of Afrika (IUA)-Sudan. Ia pun tak tahu sejak kapan tulisan itu berada di situ. Yang ia tahu dengan jelas bahwa tulisan itu ikut menambah coret-moret pintu lemari itu, ikut masuk dalam untaian garis coklat karat pintu, turut serta dalam usaha penegasan keusaman lemari dan menjadi saksi sejarah bisu atas masa-masa yang telah berlalu. Memang kelihatannya tidak menarik. Barangkali hanya sekedar coretan tak beraturan yang digoreskan oleh seseorang yang tidak ada kerjaan. Pantaslah bila kawan pemilik kamar ini hampir tidak pernah memperhatikannya. Laksana sebuah goresan acak-acakan di dinding gua yang ditemukan oleh seorang yang jatuh dari tebing yang tinggi dalam cerita-cerita silat kho ping ho, luput dari perhatian orang-orang. Saya pun tak sengaja melihatnya. Bahkan tak ada niat sama sekali untuk memperhatikannya. Dalam keadaan lelah terbakar matahari setelah kembali melaksanakan Shalat Jumat di Mesjid Majma' Nur Islami-Khartoum, saya duduk sambil selonjorkan kaki di kamar yang sempit itu. Lalu entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba mata saya tertuju ke aksara prasasti lemari kusam yang penuh muatan itu. Dengan tiba-tiba badan saya langsung tegak, mata saya jadi fokus, bibir saya langsung tersenyum, dan hati saya--tanpa ada rencana sebelumnya--seketika menjadi gembira. Akal pikiran saya bekerja, seperti mesin pencari google yang dibuka di komputer yang tak lambat loading, segera menemukan file-file kenangan lama terkait dengan tulisan itu. Semuanya seakan langsung berada di depan mata seperti menonton film Tom dan Jerry yang digemari oleh banyak orang. Kata-kata inilah yang dulu pernah dikirim lewat sms--entah Abaku peroleh darimana--yang menjadi sumber inspirasi untuk tetap jalani hidup ini, memberikan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukkan, kebesaran dan kuasanya. Bagi hambanya yang sabar dan tak kenal putus asa. Jangan menyerah, jangan menyerah, Oooo.... (kok jadi lagu begini.. ). [caption id="attachment_74201" align="alignright" width="180" caption="di pinggir jalan (dok.pribadi)"]

1290408074877452616
1290408074877452616
[/caption] Untaian kalimat itu benar-benar tepat datang pada saatnya, ketika saya berada di bis pulang dari kuliah, seusai mendengarkan kabar tak enak tentang ketidaklulusan saya dalam ujian di Al-Azhar. Saya jadi merasa macam Thomas Alfa Edison yang menikmati setiap penemuannya; baik penemuan sukses maupun penemuan gagal. Dalam ratusan kegagalannya ia menjadi tahu bahwa untuk sukses pada penemuan tertentu bukan melalui jalan itu. Dan formulasi aneka kegagalan itu pula menjadi bahan baku utama dalam membuat sebuah penemuan baru--yang belum tentu ia dapatkan seandainya ia tak gagal. Jadilah semua penemuannya itu menjadi sesuatu yang berarti. Untaian zamrud penyejuk jiwa itu aslinya berbahasa arab, tapi dikirimkan Aba--sebab saya tahu Aba yang selalu punya kerjaan seperti itu--melalui HP Umi pakai huruf latin. Untaian itu masih selalu saya baca dan tak saya hapus dari HP Nokia saya yang hilang di mobil tramko dari Hay Asyir menuju Hay, Nasr City-Kairo. Tak ada niat saya menghapalnya. Tapi karena sering membacanya kata-kata itu masuk juga ke alam bawah sadar saya. Di pintu lemari kusam, kalimat terukir dalam tulisan Arab yang ditulis dengan Spidol hitam permanent--yang sangat tidak diminati oleh dosen yang menggunakan white board--masih bisa dibaca. Saya tuliskan kalimat itu seperti yang ada di HP kenangan: ==wa man takunil 'ulya himmata nafsihi, fakullulladzi yalqaahu fiihaa muhabbabu== Artinya kira-kira seperti ini: "Dan siapa yang menjadikan kemuliaan sebagai obsesi dirinya, maka segala yang ia temui dalam jalan mencapainya menjadi sesuatu yang menyenangkan" Tak ada yang sia-sia. Segalanya pasti berarti. Seperti bata yang rupa-rupa bentuknya dalam membentuk sebuah bangunan kokoh dan menjulang tinggi, seperti Edison yang menikmati kegagalan demi kegagalan menjadi jenjang kesuksesan, seperti itu pulalah segala rangkaian episode kehidupan. Menjadi rantai zamrud yang indah, asal bisa disikapi dengan baik. Itulah tulisan yang ada di lemari kusam. Tapi itu belum lengkap. Masih ada sambungan kalimatnya di hape yang hilang itu, tapi kini belum teringat lagi. Ingin saya cari kembali di brankas alam bawah sadar dulu. Tadi baru saya tanya sama Om Google.com, tapi dia juga tidak tau. Kalimat yang sederhana--yang baru saya tau ternyata itu adalah bagian dari puisi Mahmud Sami Al-Barudi--begitu indah terasa. Benar-benar memberikan sejuk di jiwa saya, laksana kesegaran air putih di Bulan Ramadhan yang diminum oleh orang yang puasa di Sudan di kala mereka berbuka. Tak ada kesegaran lain menggantikan air putih yang dingin itu. Panggangan bara matahari membuat orang bisa memahami pentingnya kehadiran air. Skenario ilahi sungguh selalu indah dalam hal apapun. Aba sudah lama kembali pulang ke negeri asalnya. Tapi seakan ia masih saja hadir di sini, saat saya membuat tulisan kenangan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun