[caption id="attachment_215670" align="alignright" width="300" caption="ayah tercinta (http://3.bp.blogspot.com)"][/caption] Setelah saya menikah baru saya tau betapa agungnya sebuah keluarga. Pasangan suami istri yang dapat merawat keharmonisan sampai puluhan tahun, sehingga menghasilkan anak dan keturunan yang shaleh dan shalihah, sungguh adalah pasangan hebat yang luar biasa. Sebab di balik bilik kecil sebuah rumah tangga, tersimpan berbagai romantika kehidupan yang sama sekali tidak bisa dirasakan oleh mereka yang belum menikah. Di satu waktu ada canda tawa yang berderai-derai, di lain waktu ada kesedihan yang tertahan. Kadang ada kebahagian luar biasa, lalu berganti dengan kekesalan dan linangan air mata. Segala rasa berkumpul dalam dada, menggelayuti pikiran dan meliputi perasaan. Kata-kata tak pernah mampu mewakilinya, pandangan mata kadang hanya bisa mengungkapkan secuil saja, selebihnya tersampaikan melalui desir perasaan hati. Sangat aneh, sungguh berbeda antara yang terlihat dan yang tidak. Di luar tampak beradu mulut, di dalam hati saling mendekap. Di luar tidur saling memunggungi, di hati saling kasih-mengasihi. Yang hebat adalah semua romantika perasaan itu dapat menjadi perekat yang kuat dan bernilai ibadah. Sangat penting untuk saling memahami dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Mau egois? No Way..! Sekarang tidak sendiri lagi... Hebat... Ini betul-betul perjuangan. Inilah romantika yang indah. Maka saya sangat menaruh hormat kepada anda para ayah dan ibu, anda-anda benar-benar hebat... Sebagai suami, bila timbul rasa marah, ingat-ingatlah kisah Umar bin Khathab. Umar kerap diam setiap istrinya marah. Dia berprasangka bahwa kemungkinan sang istri sedang capek, atau mungkin jenuh dengan segala beban rumahtangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah. Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Adanya romantika ini sudah menjadi kelebihan yang sangat jauh antara yang jomblo dan yang sudah berkeluarga. Semoga suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarga. Mereka yang belum menikah, mungkin agak kesulitan memahami ini. Sementara yang sudah, semoga tidak pernah bosan untuk menjadi lebih baik. Bagi saya Pahlawan sesungguhnya itu adalah ayah dan ibu yang dapat merawat keluarga dengan baik dan menghasilkan keturunan yang hebat dan berkualitas. Ini adalah prestasi yang sangat dahsyat..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H