Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Anak Sakit

24 Februari 2014   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selalu saja saya merasa kagum kepada sosok seorang ibu. Terutama yang anaknya banyak. Semakin banyak anaknya, saya merasa semakin kagum. Rasa kagum itu sudah ada sejak dulu, dan semakin bertambah ketika saya telah menikah dan mendapatkan karunia anak.

Bagaimana saya tidak kagum dengan seorang wanita, yang mempunyai kekuatan fisik yang terbatas, tapi mempunyai kekuatan hati, kekuatan cinta, dan kekuatan kasih sayang yang tak terbatas. Kesabarannya tak bertepi. Kasih sayangnya kepada anak tak terukur. Dan kekuatan-kekuatan itu wanita yang secara fisik lemah tadi menjadi sangat perkasa, sangat hebat, mengalahkan seorang suami yang terkapar dengan pulas di sampingnya, saat ia tetap begadang menyusui dan menjaga anaknya.

Hanya beberapa jam saja ia tidur di waktu malam. Wajahnya tampak pucat di pagi hari. Si kecil masih tidur saat ia harus bangun. Segunung cucian menunggu. Setumpuk koreksian dari sekolah ingin disentuh. Sejumlah pekerjaan menanti untuk diselesaikan dengan sempurna. Sementara di kanan kirinya, anak-anaknya merengek-rengek minta dilayani satu persatu. Setiap mereka menjadi bos dalam hal pelayanan.

Butuh kerja ekstra agar semua anak bisa sarapan dengan baik, bisa mandi pagi, berganti baju, dan berangkat ke sekolah. Rumah belum rapi saat ia semua anaknya sudah mandi. Bahkan ia sendiri masih aut-autan karena banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Kadang-kadang terdengar batuk-batuk kecil dari lehernya karena masuk angin dan kelelahan yang belum hilang.

Di saat seperti itu, ternyata bapaknya masih meminta pelayanan yang sempurna juga...!

Tapi ia tetap melakukan itu. Ia lakukan apa yang ia mampu. Setelah semua pergi, rumah yang masih berantakan tadi, masih ia harus rapikan. Piring-piring dan Pakaian kotor yang bertumpuk harus ia cuci. Setiap hari seperti itu. Ia laksanakan semua tugas dengan sempurna.

Saat malam tiba dengan sepenuh hati ia bilang kepada suamianya, “Abi maaf ya, Umi belum bisa menjadi istri yang baik bagi Abi...”

Ia berangkat ke sekolah, ia beraktifitas sebagaima suaminya juga beraktifitas. Bedanya jam mengajarnya jauh lebih banyak. Tanggungjawabnya jauh lebih besar, dibandingkan dengan jam mengajar dan tanggungjawab suaminya.

Saat si kecil sakit, tidak mau makan, ia menyusuinya sampai si kecil tertidur. Otomatis waktu istrihatnya juga berkurang. Sebab si kecil tak pernah mau lepas dari belaiannya. Di tengah malam yang buta, ia mendendangkan lagu dengan suara yang sendu, sambil menepuk nepuk bahu bayinya yang terbangun dan menangis. Dari tadi ia belum tidur, dan kini harus terjaga lagi, sampai si kecil tertidur lagi. Selama si kecil bangun, ia pun tidak akan tidur walaupun sampai berkumandang azan subuh.

Kesehatan anaknya lebih ia khawatirkan daripada kesehatan dirinya sendiri. Kepentingan anaknya lebih ia dahulukan dari kepentingannya sendiri. Dalam kesendirian ia berdoa, dan dengan mata yang memerah dan basah oleh air mata, genangan air mata penuh cinta itu jatuh membasahi bantal “Cepat sembuh ya
sayang... Sayang cepak sembuh ya... Anakku sayang.. sayang...”

Maaf saya tidak mampu melanjutkan tulisan... Terasa ada embun yang membanjir di kelopak mata ini...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun