Innalillah...
Beberapa jam lagi Ramadan 1435 H akan kembali ke hadirat Allah membawa segala amal perbuatan kita. Kini yg tersisa hanyalah sebuah pengakuan dosa dan kezaliman diri sendiri atas segala kekurangan dan kelalainnya dalam menghamba. Seraya berharap semoga Allah berkenan menerima secuil amal yg tak seberapa ini.
Setelah Ramadan pergi, apakah bekasnya yg tersisa pada diri kita ini? Saya pribadi tak dapat berharap banyak. Saya hanya ingin seusai Ramadan nanti saya lebih kuat utk menata keinginan dan kebiasaan.
Mengapa kedua hal itu?
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah pernah berpesan, "hati hatilah terhadap bisikan hati dan lintasan pikiran. Sebab itulah yg akan melahirkan perbuatan"
Ketika terbersit sebuah keinginan buruk dan ternyata kita mampu melawannya, maka sungguh itu adalah kemenangan yg luar biasa. Kemenangan di alam pikiran adalah awal dari kemenangan besar di alam kenyataan. Dan puasa sendiri sejatinya adalah al imsaak atau menahan diri.
Maka ciri dari dari kesuksesan puasa kita adalah ketika kemampuan kita mengendalikan keinginan jauh lebih meningkat dibanding sebelum puasa. Baik mengendalikan keinginan mata yg suka memandang yg aneh aneh, keinginan telinga mendengar ghibah, keinginan tangan mengambil milik orang lain, keinginan biologis yg tidak terkendali, maupun keinginan lainnya.
Pastikanlah bahwa setiap hari kita beridul fitri, karena kita menang dalam melawan beragam keinginan buruk. Sebab, seperti kata sahabat Anas bin Malik, hari yg kita lalui tanpa dosa itulah yaumul id bagi seorang muslim.
Adapun tentang kebiasaan, itulah tolak ukur nilai diri kita yg sesungguhnya. La yastawi ashabunnaari wa ashabul jannah. Tidaklah sama antara penghuni neraka dan penghuni surga. Termasuk dalam kebiasaannya.
Orang yg sukses adalah orang yg memiliki kebiasaan sukses. Orang gagal adalah orang yg memiliki kebiasaan gagal. Pada akhirnya kebiasaan kitalah yg akan menentukan masa depan kita.