Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Santap Bersama Istri; Semua Makanan Jadi Lebih Nikmat

9 April 2012   06:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:50 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda ingin membuat semua makanan yang anda makan terasa lezat dan nikmat? Caranya mudah.. Yaitu.. Menikahlah...! Ini benar, dan saya sendiri sudah membukikannya. Sejak menikah, makanan apa saja yang ada di rumah terasa nikmat. Saya dulu suka jajan di luar, ke rumah makan, atau paling tidak ke rumah kawan dan biasanya suka diajak makan. :-) Tapi sejak menikah, saya tidak ada keinginan lagi untuk makan di luar. Saya selalu segera ingin pulang dan makan bersama istri tercinta. Kalau pun makan di luar, harus bersama istri. Biasanya setiap makanan yang disajikan lebih enak dan nikmat dari biasanya, dengan aroma yang tak terbayangkan kelezatannya. Saat-saat indah berdua di meja makan, menjadi detik-detik yang tak terlupakan. Diiringi obrolan ringan terkait tentang beberapa hal. Makanannya tidak harus mewah. Bisa hanya sepotong jagung bakar, atau sepotong kue, atau sepiring nasi dan ikan sepat yang kecil, atau segelas teh, atau bahkan secangkir air putih. Tapi ketika itu dinikmati berdua, maka ada sesuatu yang sangat berbeda. Ada desir-desir rasa cinta dan kasih sayang yang terungkapkan melalui suapan-suapan, atau obrolan ringan, atau sekedar tatapan yang beradu pandangan, apalagi diiringi pujian atas masakan istri. [caption id="attachment_173578" align="alignright" width="800" caption="makan ikan bakar (dok.pribadi)"][/caption] Saya membuat tulisan ini segera setelah makan siang di hari ini, saat menunggui istri yang sedang melanjutkan makan. Saya sengaja cepat berhenti agar desir perasaan ini bisa segera saya tuangkan sebelum ia menguap dan sulit untuk memungutnya kembali, atau tersibukkan urusan lain sehingga tidak sempat menuliskannya lagi. Saat-saat makan bersama seperti ini membuat keluarga semakin harmonis. Sangat sederhana, namun memberikan dampak yang luar biasa bagi perjalanan kehidupan rumahtangga. Diantara nasehat terbaik bagi calon pengantin adalah perhatikanlah mata dan perut pasanganmu. Jangan sampai dia melihat darimu hal-hal yang tidak mengenakan untuk dipandang, dan jangan sampai perutnya lapar. Kedua hal ini bisa memancing emosi dengan cepat. Kebiasaan makan bersama mungkin terlihat sepele. Tapi siapa sangka, minimnya menyempatkan waktu makan bersama  dapat mempengaruhi  keharmonisan keluarga bahkan berpotensi menyebabkan perceraian. Pakar Sosiologi Keluarga dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Erna Karim, seperti yang diungkapkan oleh republika. "Kegiatan makan bersama merupakan kebiasaan yang sudah ada sejak dulu di masyarakat Indonesia. Namun, seiring perkembangan jaman dimana setiap anggota keluarga memiliki rutinitas yang cukup menyita berakibat pada kurangnya intensitas makan bersama dalam keluarga," ungkapnya. Menurut Erna, efek negatif yang paling sering terjadi pada masyarakat kota besar. Dia menunjuk kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Makassar merupakan wujud konkret ketidakharmonisan yang dialami sebagian besar keluarga. "Kota-kota yang dimaksud memiliki tingkat perceraian paling besar diantara kota-kota lain di Indonesia. Surabaya misalnya, untuk kasus cerai talak tercatat 17.728 pasangan sedangkan untuk kasus cerai gugat mencapai 27.805 pasangan," ungkapnya. Erna memandang makan bersama dalam keluarga termasuk didalamnya suami dan istri begitu penting membentuk keharmonisan. "Dalam ritual makan bersama, berkumpul suami, istri dan anak-anak. Momen ini dirasa pas guna menjalin komunikasi yang lebih kuat dan membatin diantara anggota keluarga," tuturnya. [caption id="attachment_173612" align="alignright" width="210" caption="berdua... (dok. pribadi)"]

1333973494751202894
1333973494751202894
[/caption] Saya sangat merasakan dampak positif santap bersama ini. Sejak kecil, kami di rumah selalu memelihara waktu makan siang dan malam. Semua anggota keluarga mesti hadir saat makan. Ada satu yang belum hadir, waktu makan ditunda sampai semuanya lengkap. Kecuali karena ada alasan lain. Kebiaasaan ini sangat berpengaruh dalam mengeratkan hubungan keluarga satu sama lain. Dan kini saya makan bersama cinta. Alangkah nikmatnya. Benar-benar terasa lezat setiap suapan yang saya makan. Sangat bahagia. Apakah di surga bisa senikmat ini gak ya makannya? Tentunya lebih enak Tapi saat ini saya seperti merasa sudah berada di surga saja :-) Doanya ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun