[caption id="attachment_95930" align="aligncenter" width="640" caption="lagi jadi moderator acara seminar kemarin"][/caption] "Yang diinginkan oleh masyarakat arab adalah tegaknya keadilan. Kalau keadilan sudah tegak di setiap negara, maka permasalahan Palestina akan bisa segera diselesaikan." demikian yang disampaikan oleh Ust Khalid Abdul Mun'im, Direktur Center of Epistemological Studies-Mesir pada acara Seminar Dunia Islam di Kairo, Mesir (20/3/11). Sebagai pemikir sekaligus peneliti permasalahan timur tengah dan dunia islam, Khalid Abdul Mun'im menyatakan bahwa masyarakat arab tau dengan apa yang terjadi di negeranya. Mereka sudah bosan. Mereka sudah punya kesadaran politik dan keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya, bahkan berdiri melawan pemerintah. Itu artinya mereka akan terus melawan dan menyuarakan pendapatnya, memilih pimpinan yang mereka inginkan, agar keadilan bisa tegak. “AS bisa saja menghentikan dukungan pada Zionis Israel, jika negara Arab berubah menjadi negara-negara yang adil, demokratis, bersatu, dan kuat. Karena mendukung negara-negara Arab yang seperti ini menjadi akan lebih menguntungkan AS. Dan AS adalah bangsa yang mempertimbangakan keuntungan kepentingan, karena mereka cinta dunia.” tutur peneliti dan analis politik asal Mesir ini. Selain penegakan keadilan, revolusi ini hendaknya bisa meningkatkan mutu pendidikan di negara-negara arab “Saat ini, Libya bisa saja diluluhlantakkan oleh serangan pesawat tempur yang masih terbang di langit Perancis atau Italia. Mencipta pesawat seperti ini butuh pendalaman banyak bidang ilmu. Militer yang kuat harus didasari ilmu yang kuat. Korea Utara pernah selama 7 tahun menjadikan 80% APBN untuk pendidikan. Setelah itu, mereka menjadi negara maju di banyak bidang" jelas Khalid. Revolusi yang ada telah memberikan wajah kehidupan bagi rakyat Arab, khususnya rakyat Mesir. Nuansa kebebasan benar-benar terasa dengan tumbangnya pemerintah yang diktator. Seminar ini diselenggarakan oleh Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir dengan tema "Palestina di Tengah Revolusi Arab", dan didukung oleh didukung oleh PPMI Mesir (organisasi induk Masisir), WIHDAH-PPMI Mesir (organisasi induk mahasiswi), dan 17 Kekeluargaan (organisasi daerah) yang ada di Mesir.. Seminar yang diadakan di kawasan Nasr Cityt-Kairo ini menjadi aktivitas massif perdana Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) pasca Revolusi Putih Mesir dan dibagi menjadi dua sessi. Sessi pertama menghadirkan dua cendekiawan muda Indonesia; pertama, Ust. Saiful Bahri, M.A. ketua ICMI Orsat Kairo yang menyampaikan materi “Magnet Revolusi Mesir di Dunia Arab; Tuntutan yang Tak Terbentung.” Kedua, Direktur SINAI Ust. Taryudi Kasimun, Lc. yang menyampaikan materi “Pengaruh Revolusi Mesir Terhadap Deklarasi Camp David.” Sementara sessi kedua diisi oleh Ust. Khalid Abdul Mun'im, Direktur Pusat Kajian Epistemologi Mesir, dengan materi “Masîrah Al-Tsaurah Al-‘Arabiyah wa Atsaruhâ fil Qadhiyyah Al-Filasthîniyyah” (Perjalanan Revolusi Arab dan Pengaruhnya Terhadap Nasib Pelestina)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H