Masa-masa pergolakan di tanah air era 1940-an sesungguhnya merupakan imbas dari kekacauan dan kehancuran dunia dalam moment Perang Dunia II. Amerika dan Sekutu yang menjadi Negara berjaya di masa itu betul-betul menunjukkan kedigdayaannya.Â
Bahkan Jepang pun yang terkenal ampuh dalam pertahanan militernya dibuat porak poranda hingga bertekuk lutut dan mengakui kehebatan Amerika dan Sekutunya. Perang pun berakhir usai dua buah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah pada Sekutu.
Kesempatan bagus yang dimanfaatkan para tokoh negeri ini, Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Saat yang sudah lama diidam-idamkan. Proklamasipun dibacakan di Jl. Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta pukul 10 pagi. Bergemalah kemerdekaan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.Â
Namun, meskipun mendapat pengakuan dari beberapa Negara, tetap saja para penjajah tidak mau mengakuinya dan ingin datang kembali untuk menjajah serta menguasai bangsa ini. Munculnya Resolusi Jihad dari K.H.Â
Hasyim Asy'ari yang diikuti perjuangan dengan bambu runcing oleh para santri mujahid arek-arek Suroboyo menjadikan para penjajah bertekuk lutut. Apalagi dengan pekikan takbir Bung Tomo yang menggelegar dan tambah menyemangati perjuangan melalui siaran radio kala itu.
Sejarah mencatat, pasca jatuhnya Jepang pada Perang Dunia II membuat Kaisar Hirohito kembali mengatur strategi kebangkitan untuk negerinya. Kekuatan militer yang didukung ketangguhan para panglimanya tidak mampu mengalahkan teknologi Amerika dan sekutunya.Â
Tak heran, Kaisar Hirohito mempertanyakan jumlah guru yang tersisa pasca luluh lantaknya dua kota, Hiroshima dan Nagasaki. Meski para jenderalnya bertanya-tanya tentang maksud Kaisar, namun sebenarnya ada alasan khusus yang dikemukakan Kaisar Hirohito tentang hal tersebut.Â
Di antaranya bahwa kejatuhan mereka adalah karena tidak belajar. Boleh jadi Jepang sangat kuat dalam pertahanan militer dan strategi perang, namun mereka tidak mengetahui tentang kedahsyatan bom yang dijatuhkan Amerika. Alasan lain bahwa mereka tidak akan bisa mengejar ketertinggalannya terhadap Amerika jika tidak belajar.Â
Bagi Kaisar Hirohito, para gurulah yang mampu membelajarkan dan memajukan Jepang. Ini menunjukkan bahwa betapa peran guru sangat luar biasa dalam proses mencerdaskan bangsa. Terbukti bahwa prediksi Jepang akan bisa bangkit dalam kurun waktu 50 tahun, ternyata hanya dalam 20 tahun, mereka sudah bangkit dan hingga kini menjadi maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menguasai dunia.
Peristiwa ini memberikan sebuah pelajaran berharga untuk bangsa ini, bahwa peran guru tidak bisa disepelekan apalagi dipandang sebelah mata. Negara perlu memberikan perhatian penuh kepada para guru karena masa depan anak bangsa ada di tangan mereka.Â
Keikhlasan para guru dalam mendarma baktikan dirinya untuk negeri selayaknya diapresiasi oleh pemerintah, apalagi mereka yang ada di wilayah pelosok dan pedalaman. Di tangan para guru, budaya bangsa ini akan terus terjaga. Di tangan mereka pula karakter anak bangsa ini dipertaruhkan.