Tak dapat disangkal, pesona kawasan Taman Nasional Gunung Bromo memang telah menjadi mutiara pemikat abadi bagi dunia pariwisata Indonesia. Keindahannya tak lekang digerus waktu meski beberapa kali mengalami gejala batuk-batuk. Ah, kontur dinding gunung-gunung disekitar kawasan Bromo memang memiliki ciri khas yang membuat saya selalu ingin kembali.
Tak jemu-jemu rasanya pandangan ini mengalirkan aksara atas keagungan Yang Kuasa yang satu itu. Siang menjelang saat kami sudahi romansa kedua kami di alun-alun Bromo. Jeep hasil sewaan kawan sejawat itu akhirnya mulai meninggalkan kabut tipis secantik uraian sutera yang mengapung di lautan pasir tersebut.
Baru saja mengunjungi kawasan yang meletus akhir tahun 2010 ini? Eitssss jangan pulang dulu sobbbattt, karena selain kaldera raksasa pasir nan indah, serta curahan akar budaya suku Tengger yang lekat, alam Bromo masih menyimpan keunikan lain yang tak kalah menyimpan sasana budaya yang apik didalamnya.
BERKECIPAK PELANGI DI MADAKARIPURA Menukiklah ke arah Probolinggo, tepatnya ke desa Sapeh, di kecamatan Lumbang, gak jauh kawan, cuma sekitar 10 km dari lautan pasir Bromo. Tak sampai setengah jam kamu akan dibuat terperangah dengan situs tua, sebuah arca seorang Patih Majapahit yang terkenal, yupe kamu benar, doi adalah Patih Gajah Mada. :)
Bukan cuma arca kokoh berwarna kehijau-biruan ini yang dapat kamu tengok keunikannya. Seorang penduduk lokal yang biasa nongkrong dikawasan tersebut akan menunjukan dimana kekayaan lain dari alam ini berada. Jalan setapak dipenuhi pohon rindang, melintasi gemuruh aliran sungai yang berbaur di bebatuan, sambil dengarkan cerita sang pemandu tentang kisah epik didalam kawasan ini, tak lebih dari setengah jam pun telingamu akan dihujam suara debur air yang jatuh dari tebing berketinggian ± 100 meter itu, mata mu tiba-tiba akan terperangah jauh keatas, melihat proses alam yang kemudian dapat kamu sebut sebagai air terjun ini.
Dari kisah epik yang saya dengar dari Bapak Sutiman, sang pemandu dadakan kami saat itu, air terjun bernama Madakaripura ini mendulang namanya dari kisah hidup sang mpu nya Arca, Patih Gajah Mada. Konon, kawasan inilah yang dipilih sang Patih Majapahit ini untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk bersemedi, memenuhi titah sang Penguasa Alam.
Seumur hidup saya tak pernah melihat bagaimana rupa sang Patih ini, tetapi dari arcanya yang saya lihat saat itu, beliau memang benar-benar kokoh dan sangat berwibawa. Sama ketika saat saya memandangi keunikan air terjun ini, kokoh dengan tebing lurus dan tinggi, air yang jatuh mencurahkan sesuatu yang tidak dapat kamu pikirkan akan bentuk keagungan Tuhan. Saat siang menjelang di sekitar pukul 10 hingga 2 siang, berteriaklah sepuasnya diantara gemuruh air yang jatuh dan kecipakan air, yah berteriak kegirangan seperti anak-anak yang bergelimangan senyum ketika melihat Pelangi. Saya dan 3 teman lainnya berteriak kegirangan sambil berkecipak air ketika gelombang elektromagnetik tersebut nampak indah mengitari kami dengan keanggunan warna-warninya. Uniknya, struktur tebing air terjun ini berbentuk tabung, melingkar penuh dengan ketinggian yang membuat air terjun jatuh berirama, adakalanya sumber suara deburan air menjadi rendah, karena aliran air yang jatuh juga perlahan.
Karena bentuknya yang seperti tabung, air yang jatuh disekitar, meski tidak deras pun akan membuat anda basah kuyup, sulit atau mudah untuk mengabadikan momen ini saya rasa tergantung dari tekhnik anda mengambil gambar atau dalam mengamankan kamera anda dari terpaan air. Gak perlu khawatir, disekitar sini ada beberapa warung yang bukan hanya menjual makanan dan minuman, mereka biasanya juga menyewakan payung untuk kenyamanan anda bila kunjungan anda tak ingin berbasah-basah. Tetapi, keindahan dan mitos air terjun ini yang katanya menebar banyak petuah pun membuat saya bergegas tak perduli dengan pakaian ganti saya yang hanya tinggal di badan. Saya seperti mandi hujan diatas istana Pelangi, kadang menghilang, dan lalu muncul, membuat saya gemas menepak-nepak air yang membiaskan warna-warna cerah itu. Sayang si tukang foto gak bisa main air bersama kami, doi harus fokus sama kamera LSR nya yang terkadang basah diterpa air yang tampias.
Untuk mengikuti cerita selengkapnya, ikuti disini http://www.kakigatel.com/wisata_jawa_timur_part_3_madakaripura/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H