Mohon tunggu...
Arta Zee
Arta Zee Mohon Tunggu... -

www.kakigatel.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Aksi Bersih - Gabung Mulung Tidung

29 Juli 2011   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berkembangnya wisata bahari Indonesia yang mulai laris disorot para pecinta liburan, Pulau Tidung kini ibarat Bali di tengah kebisingan Jakarta. Tidak hanya wisatawan domestik, wisatawan asing pun terbukti antusias mencari keindahan pulau tersebut. Dalam wacana kepemerintahan, Pulau Tidung merupakan sebuah Kelurahan dari Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatannya terletak di di pulau yang tak jauh darinya, Pulau Pramuka. Seperti yang sudah disebutkan kemana-mana, Tidung terkenal dengan dua bagian pulaunya, Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh sebuah jembatan fenomenal, Jembatan Cinta. Pulau Tidung adalah salah satu objek wisata pulau paling eksotis dan paling banyak diminati di kawasan Kepulauan Seribu Selatan. Hampir 4000 pengunjung setiap mingggunya diperkirakan selalu meramaikan pulau dengan populasi lebih dari 5000 jiwa ini, khususnya saat weekend tiba. Kemolekan ekosistem terumbu karang disekitarnya adalah salah satu ikon pariwisata bahari yang ditawarkan, belum lagi paket wisata keluarga di sekitar Jembatan Cinta, dan kehangatan masyarakat sekitar yang menarik untuk dinikmati sepanjang desa di garis pantai pulau tersebut. Matahari terbenam adalah momen paling indah yang tidak pernah dilewatkan dalam sejarah kunjungan para wisatawan. Berdasarkan aktivitas dan kesibukan Pulau tersebut, sedikit banyak telah mempengaruhi kebersihan lingkungan sekitar pulau, ditambah dengan tingkat edukasi masyarakatnya yang masih kurang. Belum lagi dengan faktor Angin Tenggara yang membawa timbunan sampah kiriman kota Jakarta bermuara dipesisir pantai pulau tersebut, membuat ketidaknyamanan kunjungan para wisatawan, tentunya. Berawal dari kunjungan kami sebelumnya, kami terperangah hebat dengan kondisi pesisir pantainya. Pulau ini sudah layaknya pasar rakyat, mulai dari produk makanan, miuman, alat-alat rumah tangga seperti kasur dan alat masak, perlengkapan kantor sampai mainan anak-anak hadir disini, sayang wujudnya adalah Pasar Sampah, semua yang kami sebutkan sudah berupa sampah, bahkan kami menemukan pecahan tabung TV yang masih utuh di tepian. Belajar dari penjelajahan kali itu, rasa iba menjangkiti kami untuk melakukan sesuatu untuk pulau-pulau tak bersalah ini. Celah nomor wahid Pulau-pulau cantik di Kepulauan Seribu dapat anda rasakan sebagai spot pariwisata bahari Indonesia yang juga mendukung perekonomian. Sayang, kalau hanya karena dilema sampah, pulau Tidung menjadi yang terlupakan nantinya. Tidak hanya masyarakat pulau yang harus bertanggung jawab atas dilema itu, pengunjung dan Warga Jakarta yang doyan kirim Wesel Pos sembarangan lewat laut, juga salah satu biang keladi nya. Mau mungutin sampah sendirian nggak mungkin bersih, terbesit niat untuk mengajak pula yang lainnya. Apalagi kami aktif dalam jaringan CS-Jakarta dan Backpacker Dunia, yang doyannya jalan-jalan dan menjelajah. Kenapa cuma jalan-jalan saja, masih banyak hal bermanfaat lainnya yang bisa kita lakukan sambil berwisata, termasuk mulung sampah. "Mulung nggak selalu rendah, mulung juga bisa menjadi kegiatan positif dan bermanfaat". Kemudian ide “Clean Up Tidung” atau bahasa kerennya “Gabung Mulung Tidung” disepakati, beberapa relawan dari teman sejawat bersedia, termasuk didalamnya para CS-ers, hitung-hitung sambil berwisata. Tidak dalam rangka menyambut hari penting apapun, aksi mulung sampah di pulau ini sengaja diselenggarakan sebagai salah satu tindakan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian pulau di lingkungan sekitar kita. Aksi kecil bermakna besar ini memiliki harapan besar, bahwa dengan program ini semua orang, baik masyarakat sekitar atau pengunjung akan bersedia menyumbangkan waktu dan tenaga, terutama untuk kegiatan membersihkan pantai di pulau tersebut. Serta merta memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai disekitar pulau. Sehingga semua khalayak dapat menikmati kelestarian dan keindahannya, dalam tempo ke masa depan. Tidak hanya dalam lingkup komunitas, kami mengundang seluruh elemen masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam aksi bersih ini, yang diselenggarakan 14 hingga 15 Mei lalu. Dan semua seperti diluar ekspektasi kami, peran besar media elektronik sebagai ajang promo event tersebut mengantarkan para relawan datang untuk berpartisipasi dalam acara GMT tersebut. Dari jumlah 20 orang relawan awalnya, kemudian meningkat bahkan membludak hingga over target. 300 orang lebih yang mendaftar, membuat kami kepayahan, tapi kami senang. Meski maksimum peserta akhirnya kami batasi hanya 250 partisipan saja. Persiapan demi persiapan mulai digalang para panitia, dari mulai menginput data peserta, menghimpun dana, hingga mempersiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan selama acara. Rp.190.000, adalah harga yang cukup fantastis murah untuk paket wisata mulung sampah ini, pasalnya harga tersebut sudah termasuk akomodasi penginapan, makan, sepeda dan transportasi kapal, juga sebuah T-shirt keren “Gabung Mulung Tidung”. Keuntungan penjualan Tshirt GMT, sepenuhnya telah kami pertanggung jawabkan untuk keperluan acara ini, seperti membeli Tempat sampah, Trash Bag, dan kelengkapan pendukung lainnya. Tidak semudah yang dibayangkan, dedikasi panitia disorot penuh untuk menyempurnakan persiapan. 12 jam sehari di seminggu terakhir, para panitia terus meluangkan waktu rapat yang berkesinambungan untuk update sistemasi pengaturan acara, bagian keuangan sibuk menginput data peserta yang masih banyak memiliki ketidak jelasan identitas, panitia perlengkapan tidak kalah perjuangannya, tawar menawar sampai di palak uang kopi oleh preman Muara Angke jadi kenangan indah saat mengantarkan drum-drum “tempat sampah” dengan truk sewaan menuju Pulau Tidung beberapa hari sebelum hari H. Perjuangan tidak berhenti sampai di situ, disepakati ada 10 grup peserta yang masing-masing berjumlah sekitar 25 orang, yang dipimpin oleh satu orang Team Leader dan satu orang Sweeper yang merangkap sebagai dokumentator foto dan tenaga medis. MUARA ANGKE, 14 MEI 2011 Di awal fajar, seluruh panitia berangkat menuju 2 lokasi Basecamp untuk menyambut kedatangan partisipan. Basecamp 1 dilokasikan di terminal Grogol, sebagai salah satu akses menuju Muara Angke. Pasalnya partisipan yang ikut serta bukan hanya dari Jakarta, kota lain seperti Bogor, Bandung, Semarang bahkan Surabaya pun ikut meramaikan acara. Bukan hanya orang lokal saja, CS-ers dan teman sejawat dari berbagai daerah, seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Lampung, dan dari berbagai Negara, seperti Jepang, Amerika, Perancis, India, Belanda, dan Finlandia juga ikut serta menjadi panitia. Dari awak Media, Trans TV, ANTV, Kompas.com dan Majalah Panorama juga datang untuk meliput kegiatan ini. Team dayang-dayang di basecamp 1 telah siap untuk mengkoordinasi peserta menuju Muara Angke dengan mikrolet B01, Grogol – Muara Angke. Di Basecamp 2 juga sudah dipenuhi Team Leader dan Sweeper yang akan mengkoordinasi para anggotanya. KM Pesona Alam pun sudah bertengger di tepi pelabuhan Muara Angke. Dengan waktu yang sudah disepakati, partisipan pun berbondong-bondong menuju Kapal, tentunya setelah melalui serangkaian konfirmasi identitas dan penyerahan paket identitas peserta berupa Tshirt, tiket kapal, trash bag, pita, dan lainnya. Kabar gembiranya, bukan hanya KM Pesona alam saja yang menunggu kedatangan kami, di Pulau Tidung, seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu Selatan, dari mulai Bupati, Camat, Lurah, Kepala RT, Kepala RW hingga warga pemukiman Pulau Tidung akan menyambut kegiatan ini dengan keikutsertaan mereka. Pulau Tidung terletak tak jauh dari perkotaan Jakarta, 2-3 jam perjalanan dengan kapal motor, dari beberapa pelabuhan. Di Jakarta perkotaan, yang terkenal sebagai pelabuhan penghubung antara lain bisa dari Muara Angke atau bisa juga dari Ancol – Marina, tepatnya di Pelabuhan 21, atau dari wilayah Tangerang di Waraseban.Meski mendung bergelayut, namun ombak damai seakan menyambut baik kegiatan ini. Semua berjalan lancar hingga tiba di Pulau Tidung. Kami disambut baik oleh Pemerintah setempat di dermaga pulau jam 12.30 siang, untuk meneruskan misi, setelah makan siang kami dan seluruh peserta berkumpul di dermaga untuk mulai Mulung. Sepuluh grup (per grup ber-anggotakan 20-25 orang) dibagi ke 10 titik tempat di Pulau Tidung Besar dan Tidung kecil yang dipimpin masing-masing oleh beberapa petugas kebersihan setempat. Yel-yel setiap grup seakan jadi senjata ampuh untuk membakar semangat diterik siang. Makin semangat, setelah Ibu PKK Pulau Tidung ikut bahu membahu Mulung. Jangan heran, kalau sampah yang terkumpul bisa mencapai ratusan kantong, dari mulai sampah produksi rumah tangga, hingga sampah kiriman Jakarta, semua di babat habis oleh partisipan. Hingga pukul 5 sore, acara Happy Mulung disudahi, semua trashbag yang sudah penuh sampah di kumpulkan dibeberapa titik, untuk selanjutnya dibawa ke Incenerator atau tungku pembakaran sampah yang ada di pulau Tidung Besar untuk dibakar. Bincang-bincang hangat dengan Bapak Bupati, Bapak Camat, Bapak Lurah, hiburan dari peserta, hingga kuis dan doorprize pun meramaikan acara Makan Malam di tanah lapang kelurahan. Semua nampak terlihat sumringah meski lelah, seperti senyum sumringah para Bapak Pulau Tidung kita yang tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih atas seluruh partisipan aksi bersih GMT. PULAU TIDUNG, 15 MEI 2011 Nah, setelah sukses dengan acara Mulung sampah, pagi ini saatnya untuk para partisipan GMT menikmati wisata Pulau Tidung hingga siang hari. Dari mulai makan pagi, dilanjutkan hunting kapal untuk Snorkling, sepedaan, Jumping di jembatan Cinta, Banana Boat, hingga hunting Sate Odol, jajanan khas Tidung yang berupa sate ikan. Bahkan terapi asma dengan udara laut juga berlaku disini. Belum lagi wisata sejarah yang berada disekitar Pulau Tidung dan didalam pulau itu sendiri. Tiga pulau yang menjadi Taman Arkeologi di Kepulauan Seribu seperti Pulau Onrust, Cipir dan Kelor juga tak jauh dari Tidung. Mau wisata ziarah, disini Pulau Tidung juga ada, sebuah makam kuno yang disinyalir sebagai makam Pangeran Hitam dari Malaka, yang tidak lain disebut-sebut sebagai nenek moyang Pulau Tidung, bisa anda kunjungi di Pulau Tidung Kecil. Yah, menurut Sejarah Djakarta, fakta mengatakan pulau ini memang dulunya merupakan hasil jajahan Fatahillah dari kekuasaan Raja Malaka. Selain makan orang pertama yang menginjak Pulau Tidung, di Tidung kecil anda juga dapat menikmati pesona lahan Mangroove milik Departemen Pertanian. Seperti yang diungkap bapak Bupati, bahari disekitar Pulau Tidung memang masih bening, terumbu karang dikedalaman beberapa meter masih sanggup dilihat dengan mata telanjang. Sebenarnya banyak spot pulau yang bisa dinikmati untuk snorkling ataupun diving. Pulau Air, dan Pulau Payung adalah satu diantaranya yang berjarak paling dekat dengan Pulau Tidung. Bahkan di radius 300 meter dari telaga Jembatan cinta, spot snorkling juga ramai dikunjungi. Kami dengan 20 lainnya berkesempatan memberi retahan roti biskuit untuk ikan-ikan di perairan Pulau Payung dan Tidung Kecil dengan snorkle gear lengkap. Amazing, sangat berkesan dan tentu menyenangkan, meski sempat diganggu oleh kehadiran si Jellyfish dan bulu babi. Pagi di weekend menjelang Waisak, Pulau Tidung dipenuhi pengunjung, diperkirakan mencapai 6000 hingga 15.000 pengunjung yang datang disaat musim liburan seperti ini. Dengan begitu, perekonomian masyarakat Tidung yang sehari-harinya adalah nelayan dan bagian dari kelengkapan pariwisata, dapat meningkat seiring dikenalnya Pulau Tidung ke masyarakat luas, baik domestik ataupun internasional. Pesan cinta lingkungan tak henti-hentinya kami suarakan saat acara penutupan, hingga mengumpulkan buku-buku pelajaran yang bisa digunakan anak-anak dan warga sekitar sebagai wujud kepedulian kami terhadap edukasi pendidikan, terutama kebersihan. Buku tulis, hinnga buku-buku bacaan itu rencananya akan disalurkan kepada perpusatakaan sekolah setempat, dan kelompok ibu PKK setempat. Acara penutupan yang mengesankan, disertai gaya-gaya narsis para partisipan dalam foto grup masing-masing team, gelak tawa dari KM Pesona Alam hingga tiba di Muara Angke pukul 6 sore. Dilema sampah memang jadi dilema kehidupan Pulau-pulau di Kepulauan Seribu, bayangkan saja, baru sejenak kegiatan bersih-bersih di pulau Tidung selesai, laut sore itu nampak ramai dengan lembaran-lembaran sampah yang terus mengalir ke arah pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Miris, tapi ini membuat kita harus terus berpikir untuk melanjutkan misi aksi bersih ini tanpa takut dilema tersebut. Tak henti-hentinya pesan masuk pada kami, untuk terus melanjutkan program bersih-bersih ini, dari mulai pulau ke pulau lainnya, dari tempat wisata satu ketempat wisata lainnya, juga lingkungan sekitar. Selanjutnya, tugas anda dan tugas kami lah untuk mewujudkan pesan-pesan mereka. Sebagai anak bangsa yang berdaya kreasi tinggi dibidang Pariwisata dan bidang-bidang lainnya, sudah menjadi kewajiban kita semua untuk mendukung gerakan-gerakan cinta Bumi Pertiwi. Apapun itu, dukungan moril dan kesadaran diri sendiri adalah awal kebaikan bagi kita, bagi alam, dan manusia. Untuk melihat koleksi foto foto kegiatan Gabung Mulung Tidung, klik disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun