Ia mendekap tubuhnya sendiri. Dingin, sepi. Tak pernah ada dalam bayangannya sekalipun, bahwa dalam kehidupannya ia akan melalui episode seperti ini dalam drama kehidupannya. Sama sekali tak pernah terbayangkan. Merenung ia, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tuhanku, apa salahku sehingga kau biarkan aku mendekam dalam dingin sepi dibalik jeruji ini, padahal aku bukanlah seorang yang senang bermaksiat, atau mengingkariMu. Padahal aku bukan orang yang semena-mena dan tak memperdulikan makhlukMu, maka mengapa kau membiarkan aku terlantar dan memperoleh hina seperti ini?
Dan apa saja yang menimpamu adalah akibat perbuatan tanganmu sendiri.
Terhenyak dia, mencoba mengingat-ingat lagi apa salahnya. Tak ia temukan apa yang ia rasa salah. Akh, manusia tak akan pernah mau mengakui kesalahannya sendiri. Ketika kesalahan itu ia hadapkan pada dirinya sendiri, tak akan ada cela yang mampu terbaca sempurna. Sebaik-baik cermin manusia adalah kawannya, bukan dirinya. Tak mampu mata menangkap keburukan diri sendiri walaupun itu besar, tapi menatap keburukan yang lain, walaupun kecil, akan terlihat sempurna. Gajah didepan mata tak terlihat, semut di seberang tampak jelas.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa ..
Inikah ujian bagiku Tuhanku, dengan ketakutan akan namaku yang tercoreng dengan kehinaan, dengan rasa sepi dan ketakutan akan masa depan yang belum lagi terjamah tangan, dengan kebebasan yang berganti ruang sempit ini? Tuhanku, inikah ujian bagiku? Ataukah ia hukuman bagiku?
Ketika manusia baik mendapat musibah, itu artinya ia sedang mendapat suatu ujian dari Tuhan-nya. Ia sedang diinginkan untuk didekatkan pada Tuhannya, ia sedang hendak dinaikkan derajatnya.
Lalu, bagaimana jika orang itu memang orang yang bersalah? Tanyanya ketika orang yang memberi nasehat itu mengajaknya berbicara.
Ketika manusia yang bersalah diberikan musibah, itu bukanlah jatuh tertimpa tangga, tapi, itulah hukuman baginya, siksa dari Tuhannya. Tapi, sungguh hukuman dunia yang disegerakan akan engkau syukuri ketika kau tahu hukuman disana yang sungguh menakutkan. Dan Tuhanmu itu rindu sekali akan orang-orang yang kembali padaNya, tawwabiin, yang berbuat salah, lalu menyadarinya dan bersegera kembali padaNya memohon ampun.
Sesungguhnya semuanya dari Allah, dan akan kembali pada-Nya.
Tuhanku, kalaulah segala ini adalah ujianmu untukku, aku yakinkan diriku bahwa engkau tiada menguji seseorang melainkan sebatas kesanggupannya, maka janganlah kau timpakan aku sesuatu yang aku tiada mampu menanggungnya, atau malah akan menyesatkanku dari jalan-Mu. Dan jika ini adalah hukuman atas segala yang kuperbuat, maka biarkan ini menjadi pintuku untuk kembali padaMu, menjadi jalanku untuk mengenaliMu lebih jauh. Dan berilah aku kemampuan menanggungnya, menerima segala ketetapanMu yang tak akan pernah aku tahu rahasianya. Dan berilah aku kesabaran dalam menjalaninya.
Dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang bersabar.
Telah kubaca kisah NabiMu Yusuf as, yang diliputi segala kesempurnaan dunia, lalu memilih penjara daripada tergoda bujuk dunia. Sungguh Tuhanku imanku, bukan iman Nabi Yusuf, dan kekuatanku bukan kekuatan menanggung penderitaan sepertinya, kesabaranku adalah kesabaran manusia biasa. Maka Tuhanku, jangan kau biarkan karena kesabaranku yang terbatas ini, menghalangiku untuk mendapat kabar gembira yang kau janjikan.
Aku tidak akan kecewa berdoa terhadap Tuhanku.
Karena aku yakin Tuhanku, engkau tidak akan mengecewakan orang yang harapannya tergantung hanya padaMu, engkau tak akan membiarkan tangan yang tengadah kosong tanpa pemberianMu dan Engkau Tuhanku, adalah sebaik-baik penjagaku, sebaik-baik yang mengetahui urusanku, dan sebaik-baik yang akan mencukupiku.
Cukuplah Allah, dan Dialah sebaik-baik penjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H