Mohon tunggu...
Kak Cimot
Kak Cimot Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan, penyuka fiksi, dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Cahaya

4 Agustus 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bait-bait terlalu perih
saat kubasuh lirih yang tak terbagi
sejauh rintih pembuat gila

paksa-ku selalu menoreh hina
:hampa, sepi, benci, menggumuli diri

ingin ini menyakitkan
kilatan petir yang menyambar sebongkah otak
besutan pedang tipis berurai bercak
noda
noda

Waktu menjadi keputusasaan
Melecut keras detik jantungku, menyusup deras di berkubik darahku
ke mana fitrah bertahta?

aku tenggelam saja
memberontak pun tak lebih indah
"bernyawa kosong," kata jiwa
Sedikit aku merayap, tapi pekat tergelincir

dalam gelap bukankah terang lebih jelas?
antar aku ke sana

ingin aku membayangkan indah
pada Cahaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun