Dedaunan masih mengiris haru
Memperhatikan diri ini yang bersolek untuk pergi ke hari yang berbeda
Menanggalkan cerita-cerita indah di malam-malam dengan wewangian dari syurga
&
Cinta ini hanya milik-Mu
Kalimat yang sering terucap di sela-sela rintihan tangisan di malam hari
Gemiriciknya mengusik para malaikat
&
Puasa ini adalah hamba-Mu
Sebongkah rayuan maut yang membinasakan
Mengupas habis cerita siang-malamku
&
Berikan sedikit saja kejujuran dari hati
Karena hampir-hampir saja aku melibaskan sebilah mata runcing ke dada
Membuatnya leluasa berlarian di area gumpalan darah yang munafik
&
Berikan sedikit saja sibghoh-Mu, celupan-Mu
Supaya aku tahu betapa berharganya seiap kedipan mata di hari ini
Yang mudah saja mengampaskanku, meleraikan semangat mudaku
&
Kepada hati,
Kembalilah kepada Ilah-mu, Tuhan-mu
Aku tidak bisa lagi memelukmu seperti saat dahulu
&
Karena aku tidak lagi pernah merasakan rinai air yang membasahimu
Berlalulah bersama lembayung senja yang hanya sesaat menemaniku menuju malam yang bersinar bintang
Katakan cinta ini untuk-Mu saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H