Berbicara akan ajang sebuah pameran dan pekan untuk sebuah kebudayaan pasti tidak akan habis-habisnya. Pasti ada saja, berbagai masalah yang ditimbulkan dari perkalian hingga tong sampah raksasa yang siap untuk membuang sampah kemana saja. Belum lagi tataruang dijalan masuk ajang PKA tersebut, berkesan penataan yang tidak rapi dan bagus untuk pengungjung. Para pedagang kakil lima pada umumnya memperlihatkan bemacam ulah dipertontonkan dan ulah pengunjung tampa menyadari sebuah botol minuman dan sebuah pembalut sisa makanan yang dibuang sembarangan tampa ada sedikitpun kesalahan rasanya. Tong sampah lumayan banyak disediakan dari dinas kebersihan kota Banda Aceh, tetapi untuk minat untuk buang sampah pada tempatnya masih tidak mau. Mengapa begitu beratnya sisa makan dan botol minuman dibuang pada tong yang sudah disediakan, Tidak jauh malah, tetapi enggan juga untuk melakukannya. Didalam stand yang dipamerkan lumayan yang itu-itu saja. Kecuali sedikit mengenai pementasan sebuah tarian yang menghidupkan suasana PKA kali ini. Ya itulah seudati menurut aku. Menakjupkan, sudah lama aku tidak melihatmu. Tari Seudati merupakan satu kesenian tari tradisional yang berasal dari Aceh dan berkembang di daerah pesisir. Didalam perjalananya terus berkembang di Aceh Utara, Bireuen, Pidie, dan Aceh Timur, dan hari ini bahkan bisa ditemui di seluruh daerah Aceh. Dalam sebuah artikel yang saya baca, Kata seudati berasal dari Bahasa Arab syahadati atau syahadatain, yang artinya pengakuan atas keesaan Allah dan pengakuan bahwa Muhammad adalah nabi utusan-Nya. Teori lain beranggapan bahwa seudati berasal dari kata seurasi, yang mengandung makna kompak dan harmonis. Oleh penganjur Islam zaman itu, Tari Seudati digunakan sebagai media dakhwah; untuk menyebarluaskan agama Islam. Berbagai cerita tentang persoalan-persoalan hidup dibawakan dalam tarian ini, dengan maksud agar masyarakat mendapat petunjuk pemecahan problem-problem hidup sehari-hari mereka. Selain sebagai media dakwah, Tari Seudati sekarang sudah menjadi pertunjukan hiburan rakyat. Tari Seudati tidak diiringi alat musik, melainkan hanya dengan beberapa bunyi yang berasal dari tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan jari. Gerak demi gerak dibawakan mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Beberapa gerakan dalam tarian ini sangat dinamis dan penuh semangat. Namun ada juga beberapa bagian yang nampak kaku, tetapi sejatinya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan para penarinya. Kemudian, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus sikap kesatria. Busana yang digunakan dalam Tari Seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat warna putih kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang, rencong yang disematkan di pinggang, ikat kepala berwarna merah, dan sapu tangan berwarna. Warna-warni tarian PKApun disemarakkan oleh tepuk tangan bergema dari penonton yang melihatnya. Mantap, hayak laju dan aku terpuaskan dahaga akan tarian seudati yang dimainkan. Good job !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H