[caption id="attachment_170777" align="aligncenter" width="620" caption="Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (kanan) (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)"][/caption] Saya bukan hendak memberikan ceramah atau sok ngasih tahu ini itu. Saya cuma hanya hendak berpendapat dan berharap semuanya dapat terselesaikan tanpa ada pertumahan darah, dan tanpa jalan kekerasan. Pemberitaan tentang FPI yang akan mengembangkan basisnya di wilayah dayak (red: Palangkaraya) dan menuai kecaman dari warga dayak nampaknya tak kunjung padam . Permasalahan yang diangkat adalah mengenai kekhawatiran warga dayak atas sikap anarkis yang kerap dilakukan oleh pihak FPI dalam mengambil sebuah tindakan penyelesaian sehingga ditakutkan bukannya menyelesaikan suatu permasalahan melainkan justru membuat keresahan bagi masyarakat. Sebenarnya saya bukan suku asli dayak karena kedua orang tua saya asli orang Malang, Jawa Timur namun saya sejak kecil memang sudah merasakan sebagai bagian dari masyarakat Dayak karena saya dilahirkan disana (red: Kalteng). Sahabat-sahabat saya pun banyak yang berasal dari suku dayak asli. Saya pun seorang muslim. Jadi, jelas posisi saya disini bukan hendak menjelekan baik dari FPI atau dari suku dayaknya. Saya mencoba melihat dibalik dari isu-isu ini. Karena saya khawatir ketika kedua kubu yang terkait ini sama-sama ngotot dan saling menebarkan ancaman, maka tak bisa dielakkan lagi bisa jadi tragedi Februari 2001di Sampit akan terjadi. Bahkan bukan di Sampit saja, melainkan bisa jadi di seluruh wilayah Kalteng. Bukan hanya terjadi perang suku, mungkin bisa jadi akan dikaitkan kepada perang agama oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sekarang bulan Februari 2012, dimana kurang 5 hari lagi tepat 11 tahun tragedi di Sampit terjadi. Siapa yang tidak mengetahui tragedi di Sampit? Ya, tragedi tersebut kini membuat kota Sampit dipandang sebagai sebuah kota yang cukup seram. Padahal, sebenarnya di Sampit menyimpan begitu banyak keindahan bagi orang-orang yang pernah kesana. Baiklah kembali ke topik. Sampai saat ini, menurut salah seorang teman saya yang berada di Palangkaraya. Penolakan warga dayak terhadap FPI di wilayah tersebut menjadi informasi yang sangat aktual dan memang hangat-hangatnya. Tambah lagi ketika ada entah isu miring atau lurus yang menyebutkan bahwa pihak FPI ada melakukan sweeping terhadapat warga dayak yang ada di wilayah Jabodetabek. Menurut info yang beredar entah berasal darimana sumbernya, salah seorang mahasiswa dari kalteng yang tinggal di asrama Kalteng daerah Jakarta di sweeping. Tak ada kekerasan dalam hal ini, pihak FPI hanya melihat-lihat saja atau sekedar mengecek. Saya tak tahu mengenai kabar pasti tentang isu tersebut namun yang pasti info tersebut terdengar hingga telinga saya. Adanya kabar ini, justru memicu lagi emosi warga dayak. Tak khayal, malam ini saya ditelepon oleh salah seorang warga dayak melalui ponsel . Dia tetangga saya yang memang sudah dekat dengan keluarga saya. "hati-hati disana lah, mun ada apa-apa lapor ja ke yang berwajib. Ada isu ni, mun warga dayak di Jakarta di sweeping lawan orang FPI. Jadi, jangan keluar malam jua km. Pokoknya hati-hati ja disana lah" pesan orang tersebut dalam bahasa Banjar-Indonesia. Lanjut dengan ibu saya " dimana nih? Jangan pulang malam-malam. Disini lagi ramai tentang penolakan FPI. Yang disini Cuma takut kalau ada apa-apa disana" Rupanya isu tersebut, cukup meresahkan warga kalteng dan warga kalteng yang ada tinggal di tempat lainnya. Weleh-weleh... belum saja mendirikan basis disana sudah pada resah semua, lalu bagaimana jika sudah didirikan. FPI katanya mau "menentramkan", warga dayak katanya "supaya warga merasa tentram". Jadi bingung saya. FPI merupakan sebuah ormas yang pada dasarnya hanya ingin menegakkan Amar Ma'aruf dan Nahi munkar. Ya, sudah mulai jarang sekarang ada orang-orang yang fokus kepada isu-isu semacam ini. Saya salut kepada FPI. Mungkin rekan-rekan FPI tahu bahwa Islam mencintai kedamaian, begitu warga dayak yang melakukan penolakan terhadap FPI tentunya alasannya agar tercipta kedamaian alias tidak adanya keresahan. Betulkan? Nah, jika melihat sekarang keadaannya. Siapa yang cinta kedamaian. Nampaknya, ada sebuah oknum tertentu yang saling memprovokasi sehingga masing-masing kuat dengan pendiriannya. Pada akhirnya FPI yang membawa nama ISLAM akan membuat citra ISLAM buruk, dan suku Dayak pada akhirnya dicap sebagai suku yang buruk pula. Jika sudah begini siapa yang dirugikan? Islam dirugikan, Kalteng pun dirugikan. Yah, semuanya jadi sama-sama buntung. Tak bisa di elakan, masyarakat yang sudah pewe disana tiba-tiba menjadi berubah pikiran dan meninggalkan Kalteng. Ya, mungkin saja akan banyak kejadian-kejadian lain yang akam merugikan. Para ahli mungkin bisa membantu saya dalam menuntaskan dari segala kerugian ini. Saya sebagai warga asli suku jawa yang pernah tinggal di Kalteng dan seorang muslim, tentu sangat harapkan adanya kedamaian. Ya, sama seperti yang kedua kubu inginkan dan semua warga Kalteng baik itu yang tinggal di Kalteng saat ini atau di luar ; masyarakat yang beragama Kristen, Hindu, Katholik, Budha dan Kaharingan tentu akan merindukan kedamaian, dan ketentraman. Tolong!, jangan nodai Februari 2012 ini dengan noda darah layaknya peristiwa 11 tahun lalu di Sampit, Kalteng. Memang ada perbedaaan isu dalam hal ini. Namun, tragedinya yang saya khawatirkan akan terulang dengan isu yang berbeda. Bahkan bisa jadi bukan di Sampit saja melainkan di Kalteng. Tolong sama-sama bersikap dewasa sebagai contoh, panutan dan bersatu padu menciptakan kedamaian. Jangan ada saling menjelekkan, jangan ada saling memusuhi dan jangan saling keras kepala dengan pendiriannya. Bisa jadi , kita sedang di provokasi oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan tidak beragama yang mungkin menghendaki peperangan dan mengambil keuntungan dari peristiwa ini. Yuk, mari bersama kita buat citra Kalteng indah, citra islam indah dan citra Indonesia selalu Indah. Mari kita ingat bersama tragedi 11 tahun lalu yang kelam, jangan sampai terulang lagi walau dengan isu yang berbeda. Saya cinta Islam, Saya cita Dayak dan saya cinta kedamaian. Bhinneka Tunggal Ika
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H