Mohon tunggu...
Ubaid
Ubaid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia

saya suka membaca buku apalagi manga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bayang Dendam

9 November 2024   10:20 Diperbarui: 9 November 2024   10:27 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam bayang malam yang kelam,
Terpendam rasa, membara dalam diam.
Dendam yang terukir di hati,
Seperti luka yang takkan mati.

Api membara, membakar jiwa,
Setiap kenangan, setiap rasa.
Kau pergi, tinggalkan luka,
Dan kini kutempuh jalan duka.

Langit mendung menutupi cahaya,
Setiap detak jantung, penuh derita.
Dalam sepi, kutemukan bayang,
Wajahmu menghantui, tanpa henti, tanpa henti.

Kau anggap semua ini permainan,
Namun hatiku terjebak dalam penantian.
Dendam ini takkan pernah padam,
Hingga saatnya, kutuntut balas dendam.

Di antara bintang yang redup,
Kau akan tahu, betapa pedihnya hidup.
Dendam ini, bukan sekadar rasa,
Namun nyala api, yang takkan sirna.

Saat waktu tiba, dan malam datang,
Aku akan datang, dengan segala dendam.
Kau takkan bisa lari, takkan bisa sembunyi,
Karena bayangku, akan selalu menghantui.

Oh, dendam yang terpendam,
Kau adalah bayang, yang takkan padam.
Dalam setiap hembusan angin,
Kau kan mendengar, jeritan hatiku yang terpenjara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun