Dalam bayang malam yang kelam,
Terpendam rasa, membara dalam diam.
Dendam yang terukir di hati,
Seperti luka yang takkan mati.
Api membara, membakar jiwa,
Setiap kenangan, setiap rasa.
Kau pergi, tinggalkan luka,
Dan kini kutempuh jalan duka.
Langit mendung menutupi cahaya,
Setiap detak jantung, penuh derita.
Dalam sepi, kutemukan bayang,
Wajahmu menghantui, tanpa henti, tanpa henti.
Kau anggap semua ini permainan,
Namun hatiku terjebak dalam penantian.
Dendam ini takkan pernah padam,
Hingga saatnya, kutuntut balas dendam.
Di antara bintang yang redup,
Kau akan tahu, betapa pedihnya hidup.
Dendam ini, bukan sekadar rasa,
Namun nyala api, yang takkan sirna.
Saat waktu tiba, dan malam datang,
Aku akan datang, dengan segala dendam.
Kau takkan bisa lari, takkan bisa sembunyi,
Karena bayangku, akan selalu menghantui.
Oh, dendam yang terpendam,
Kau adalah bayang, yang takkan padam.
Dalam setiap hembusan angin,
Kau kan mendengar, jeritan hatiku yang terpenjara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H