Mohon tunggu...
N Kayyisa
N Kayyisa Mohon Tunggu... lainnya -

penulis dan pecinta ilmu

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

"Masihkah Kau Anggap Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah Saja?"

29 Oktober 2012   03:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat capek anak merengek, pasti gemes ya? Namun saat capek anak tersenyum menyambut kita memunculkan wajah bahwa mereka butuh kita, menanti kita, menggap kita manusia teristimewa baginyanya, apa yang anda rasakan? Saat itu juga semangat hadir, bahagia mampir, penat pun hilang, seperti itu bukan rasa? Mari diingat seberapa sering anak kita membuat kita senyum sejak kehadirannya di bumi ini. Bagaimanakah rasa haus akan kehadiran buah hati terbasuh dengan kabar hadirnya janin mungil di rahim anda atau istri anda? Betapa bahagian saat itu, kehadirannya telah menyejukkan hati dan menghadirkan semangat bukan? Masihkah kita anggap kasih sayang mereka sepanjang galah dan kasih sayang kita(ortu) sepanjang waktu?

Pernahkah anak kita marah sebelum kita mengenalkan bagaimana dan apa itu 'marah' pada mereka? Dan sadarkah kita betapa pemaafnya anak kita. Saat kita mengajarkan konsekuensi atas suatu tindakan salah-benar (sanksi-istilah kasarnya) pernahkah dia memberikan konsekuensi berat/tega ke kita? Tidak, bahkan sangat ringan hingga kadang hanya berupa pelukan. Masihkah kita anggap kasih anak sepanjang Galah?

Bagaimanapun buruknya kita, bagi anak-anak kita orang tuanya adalah yang terbaik dan terhebat. Masihkah kita anggap kasih sayang mereka sepanjang Galah?
Masihkah kau anggap kasih sayang anak sepanjang galah saat kehadirannya mendatangkan semangat buatmu? Saat kehadirannya memberikan bahagia untukmu? Saat tangisan pertamanya kau sambut dengan kalimat syukur. Saat hadirnya mampu merubahmu menjadi lebih baik, giat bekerja, lebih menjaga kebersihan dan menjaga diri. Hanya dengan senyum, tawa, tangis dan tatapan mata mungilnya dia mampu mengingatkanmu. Jika sebelumnya ayah atau ibunya perokok, dengan hadirnya dia ayah dan ibu bisa berhenti merokok atau minimal menahan diri mengurangi merokok setidaknya saat dengan buah hatinya. Saat si ayah malas mencari nafkah entah pompa semangat apa yang memicunya menjadi lebih semangat dengan hadirnya si kecil. Masihkah kau anggap kasih sayangnya sepanjang Galah?
Di saat banyak orang tua tega membunuh janinnya atau menelantarkan anaknya, dengan pasrah si kecil tetap mampu membuat orang sekitarnya jatuh hati padanya. Dialah manusia kecil yang paling setia, menunggu kehadiran kita dan menanyakan keberadaan kita setiap waktu. Dialah yang mengajarkan kita arti pentingnya hidup dan keberadaan kita. Dialah yang mengajarkan kita mencintai dengan tulus. Lantas, masihkah kau anggap kasih sayang dia sepanjang galah?

Jika masih maka kemungkinan kita belum merasakan indahnya menjadi orang tua, kita masih terbuai akan indahnya menjadi anak. Jika telah menjadi orang tua tapi belum merasakan mungkin kita terlalu sombong dengan menganggap kita sebagai orang tua memiliki kasih sayang yang lebih dibanding anak kita sehingga kita pantas dipuji dengan mengabaikan betapa tulus kasih sayang anak kita. Sayangilah mereka dengan tulus, belajarlah arti ketulusan pada mereka.

-mom-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun