Mohon tunggu...
Kaisya sofiya
Kaisya sofiya Mohon Tunggu... -

wanita bisa dengan semangat luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Cinta Part 1

3 Desember 2013   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillaahirrohmaanirrohiim, , ,

Kamar kosan –Q, 28 januari 2011

Bidanku sholihah…

Tahukah kau, setiap apa yang diturunkan Alloh ke bumi..semua adalah anugerah yang patut di syukuri, tiadalah pantas untuk kita berputus asa atas apapun yang menimpa kita..

Karena alloh tidak pernah menjanjijan langit selalu biru, jalan selalu mulus tetapi alloh menjanjikan setiap permasalahn akan ada jalan keluar…

Tahukah kalian, sabar itu batasannya adalah syurga, perjuangan kita belum lah seberapa pabila di bandingkan orang-orang terdahulu…

Rintik air hujan membasahi badan bumi, semerbak wewangian angin pedesaan…subhaanalloh, mencoba menghirup dalam-dalam dan bertasbih akan apa yang telah di beri…

Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah perangai yg serendah-rendahnya. Membalas kejahatan dengan kejahatan, bukanlah perikemanusiaan. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah hal biasa. Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah cita-cita kemanusiaan yg setingginya. Kita harus sanggup hidup untuk memberi cita-cita itu bertumbuh.

Penuh dengan teka-teki, semua tidak ada yang sempurna dan mempunyai watak masing-masing...


Kami hanyalah datang untuk mengaplikasikan apa yang kami dapatkan di bangku kuliah bukan malah membuat sesuatu kebohongan yang lazim diketahui oleh mereka yang berhak atas apa yang kita berikan, bukan cacian dan makian yang tidak pantas di ucapkan apabila kita lihat dengan letingan pendidikan kita. Dengan gelar Amd.keb, Amd.kep, S.st, S.kep. dan bukan pula pelayanan yang tidak sesuai dengan seharusnya kita lakukan. Segelintir dari kita melupakannya.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-BaQoroh : 10)

Sadarkah kita ? ataukah sudah di butakan kah kita dengan tahta yg kita sandang sekarang ?

Kami hanya terdiam dan mengikuti prosedur sesuai dengan protaf-nya tetapi sayang lagi-lagi kami harus mengikuti aturan mainnya, tidak jarang kami temukan kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Tidak jarang kami-pun mendengarkan ucapan-ucapan yang mungkin sedikit menusuk hati, dan mimik wajah yang tidak begitu enak di pandang. Kami berusaha untuk berbaur dengan mereka yang terlihat sedikit tidak terawat, tidak terhiraukan yg seharusnya mereka disama ratakan karena mereka juga berhak atas pelayanan yang layak. Apakah ikhlas itu tidak ada? Sehingga iming-iming materi itu menjadi penghalangnya? Sungguh sedih sekali terdengar...tak banyak karena materi bisa merubah sifat keibuan menjadi sifat begitu tidak berperasaan, merubah yg halal menjadi haram, menjadikan semua cara untuk mendapatkannya, yah..materi itu membuat lupa akan apa tujuan sebenarnya kehidupan ini.

Manusia modern adalah manusia yang dahaga karenanya mereka sangat bernafsu untuk memburu segala sesuatu yang berhubungan dengan prestise dan upaya peningkatan status sosial. Membanjirnya produk-produk yang menawarkan pembentukan citra diri melalui seni bujuk rayu media massa bukan meredakan gairah, tapi malah semakin memacu semangat dan prinsip untuk secepat mungkin menggerakkan tungkai menjadi manusia modern. Faktanya, usaha manusia modern untuk senantiasa berpacu dalam memenuhi segala hasratnya malah menimbulkan tegangan dan dorongan baru yang harus dikejar dan dipenuhi yaitu "keinginan".

Bagaimana tidak pukul 03.00 dini hari lahir seorang bayi laki-laki kembar dengan berat 2600 gram dan 2700 gram, tidak cacat sama sekali,sungguh tampan tapi ? dimana ayahnya ? kasih sayang bunda dan dekapan hangatpun tidak dia rasakan, di saat pertama kalinya bola mata nan indah itu membuka dunianya, alunan nafas yg teratur dan dia hanya terdiam di bawah alam sadarnya,dia tertidur dan terkadang senyum...sungguh malang bayi nan tampan itu, daun matanya menutup terkadang membuka, terkadang tergoreskan senyuman tanpa beban, dimana cinta itu ? tertimbun menjadi satu akan tujuan dunia, melapiaskannya tanpa bertanggung jawab atasnya ? dimna hati itu ? ku susuri setiap relung hati, terkadang tak selaras dengan apa yang sudah terpatri dalam hati tetapi akupun memaksakannya untuk menjadi mekar walaupun hampir saja melayu….sungguh cinta itu hilang memudar tanpa ada sisanya, setelah ajang hawa nafsu tersalurkan cinta suci pun menjadi sampingan, di saat terlahir akan buah cinta dariNya kini menjadi benalu yang akan siap di hempaskan tanpa belas kasihan, sungguh malang…dia bukan benalu hanya saja butuh untuk di tuntun sampai akhirnya ia akan mampu berdiri, tapi apa yg di lakukan sebagian manusia ? merusaknya dan membuangnya.

***Ini Lah Kebudayaan Hawa Nafsu***

Wahai kawan aku jadi sedikit teringat di saat kisah seorang bayi yg di perebutkan 2 wanita sampai di adukannya kepada Rasululloh tetapi saat ini berbanding terbalik, 2 bayi kembar itu tidak di akui oleh bundanya, jangankan untuk mendekapnya untuk memberikan sedikit minumpun enggan,apa lagi menatapnya tapi apakah kalian tahu ? aku melihatnya selalu tersenyum di bawah alam sadarnya, bidan-Qu sholihah lihatlah tidak ada kesedihan di wajahnya, di saat dia lahir dia berusaha memainkan kelopak matanya dan lengkingan suaranya beberapa kemudian menjadi sunyi dalam dekapan malam, dimanakah ibunya ? terkapar di atas sana dalam lelapnya tidurnya.


Bidan-Q sholihah tahukah kamu dekapan itu mampu memberikan energy positif dan penguat keterikatan batin antara ibu dan anaknya tetapi saat ini si kembar terkapar di bawah sinaran lampu penghangat di tambah dengan selang dan tabung oksigen untuk membantunya sedikit bernafas dengan lingkaran selimut di tubuh mungilnya. Seharusnya dekapan itu ada disaat dinginnya malam menggigit tulang, apa yg menyebabkannya seperti itu ? Keinginan adalah sesuatu yang paradoks: setelah suatu keinginan terpenuhi, timbul keinginan lain untuk segera diselesaikan dan dipenuhi hajatnya. Namun, dalam kerangka kehidupan modern, keinginan haruslah menjadi sesuatu yang tak berujung dan harus selalu diposisikan sebagai pesona yang dapat menyedot hasrat. Alasannya, dengan cara inilah kapitalisme dapat memelihara dan menjaga kelanggengan hidup seluruh produknya. Logikanya adalah jika segala hawa nafsu disalurkan demi pemenuhan kenikmatan, ia dapat menjadi semacam dinamo yang pengoperasiannya bisa dilakukan menjadi tanpa batas sehingga akhirnya ia menjelma menjadi sesuatu yang tidak realistis dan membahayakan eksistensi manusia itu sendiri.Inilah kebudayaan hawa nafsu...

Kami jadi teringat akan anak manusia yang paling mulia di muka bumi ini yang tidak sama sekali sombong dengan apa yg di sandangnya, pujaan kami, contoh yg terbaik bagi kami Rasululloh صلیاللهعليهوسلم, tidak ada sama sekali wajah keangkuhan di sana... begitu ikhlasnya menjalani kehidupan dengan pengabdian tanpa pamrih, darah menetes bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Tahukah kalian ? beliau begitu menjaga dirinya, tidak mengedepankan hawa nafsunya, tidak di butakan dengan dunia, bahkan dengan apa yg di sandangnya tetapi sebaliknya dengan kita, begitu bangganya kita dengan title yg kita sandang dan melihat sebelah mata kami yg berhijab.



***Inilah Pelayanan Yg Kami Bisa Berikan***



Kami datang memberikan pelayanan pada kalian, hijab kami tidak menjadi penghalang bagi kami untuk memberikan pelayanan terbaik untuk kalian, meskipun terkadang dari kalian melihat aneh akan apa yg kami kenakan. Yah...ilmu agama yg di kolaborasikan dengan ilmu kesehatan itu kami serap dan kami aplikasikan di sini. Walaupun sesekali kami menerima perlakuan, bahkan ancaman dari kalian tapi kami mengerti itu semata karena kalian belum mengetahui akan ini lah islam menurut Al-Qur’an dan sunnah rasululloh صلی الله عليه وسلم,wallohu ‘alam....


Kami berusaha untuk tersenyum dan berbaur dengan kalian, karena begitu mirisnya hati melihat pelayanan yg terkadang terabaikan oleh praktisi kesehatan yg terkadang tanpa sadar bahwa ia telah buta dengan tahta dan materi.Ternyata kita lupa akan peringatan alloh yang sudah jelas tertuliskan…

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu danmengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S al-ahzab: 70-71)

***Inilah peraturan tetapi tidak di jalani***



Menurut Mustika (2001), dimensi kode etik meliputi anggota profesi dan klien/ pasien, anggota profesi dan sistem kesehatan, anggota profesi dan profesi kesehatan, serta sesama anggota profesi. Prinsip kode etik antara lain menghargai otonomi, melakukan tindakan yang benar, mencegah tindakan yang dapat merugikan, memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan dengan benar, menepati janji yang telah disepakati, dan menjaga kerahasiaan.

pada Peraturan Menteri Kesehatan No.900/ Permenkes/IX/2002 : Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan edentitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

“ Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu “ (Silsilah Shahihah)

Jelas bahwa semua sudah di atur akan hak-hak pasien atas diri kita sebagai praktisi kesehatan. Lalu dasar apa kita membedakan mereka ? apakah cinta itu tidak ada ? atau setidaknya belas kasihan, bagaimana apabila posisi kita berbalik ? sukakah kita ? sukakah kita mendengar perkataan yang tidak menyedapkan telinga, yang membakar hati setiap menyimak dengungan kata-kata itu, terimakah kita ? terimakah kita apabila salah satu orang yang sangat kita cintai di perlakukan seperti itu ? di permalukan dengan lisan yang tanpa kita sadari ? sungguh tidak ada bedanya kita ini terkecuali orang-orang yang mengingat bahwa dunia bukanlah tempat peraduannya yang terakhir. Dan sungguh 2 perkara yang membuat kita terlemparkan ke bara api yang begitu dahsyat panasnya, lisan dan syahwat...tetapi sungguh sedikit kita mengingatnya....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun