Mohon tunggu...
Kaiser Gerald Handoyo
Kaiser Gerald Handoyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Benar Mie Instan Tidak Bisa Dicerna Perut Selama Beberapa Hari?

25 Mei 2024   15:04 Diperbarui: 25 Mei 2024   15:06 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mie instan merupakan makanan yang sangat populer di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, ada klaim yang menyebutkan bahwa mie instan tidak bisa dicerna oleh perut selama beberapa hari. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi klaim tersebut melalui tinjauan literatur ilmiah mengenai proses pencernaan mie instan, komposisi kimianya, serta dampak konsumsi jangka panjang terhadap kesehatan.

Mie instan, dengan kemudahan dan kelezatannya, menjadi makanan favorit banyak orang. Namun, popularitasnya juga disertai dengan berbagai mitos kesehatan, salah satunya adalah klaim bahwa mie instan tidak bisa dicerna oleh perut selama beberapa hari. Klaim ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan konsumen mengenai potensi bahaya dari konsumsi mie instan.

Mie instan pada dasarnya terdiri dari tepung terigu, minyak, dan garam, serta tambahan bahan pengawet dan perasa. Tepung terigu merupakan sumber karbohidrat yang mudah dicerna oleh enzim-enzim pencernaan di dalam saluran pencernaan. Bahan tambahan seperti pengawet dan perasa biasanya berada dalam batas aman sesuai dengan regulasi kesehatan internasional.

Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut dengan bantuan enzim amilase dalam air liur, kemudian berlanjut di usus halus dengan bantuan enzim pankreas. Karbohidrat dalam mie instan, yang sebagian besar adalah pati, dipecah menjadi gula sederhana dan diserap oleh tubuh dalam beberapa jam setelah dikonsumsi.

Beberapa video dan artikel di internet menunjukkan gambar mie instan yang terlihat utuh di dalam perut manusia selama beberapa jam setelah dikonsumsi. Namun, penelitian ilmiah menyebutkan bahwa sebagian besar makanan, termasuk mie instan, akan mengalami proses pencernaan yang normal, yang berarti makanan akan dipecah dan diserap dalam waktu 24-48 jam. Kecepatan pencernaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti komposisi makanan, metabolisme individu, dan kesehatan saluran pencernaan, tetapi tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa mie instan tidak dapat dicerna selama beberapa hari.

Meskipun mie instan dapat dicerna seperti makanan lainnya, konsumsi jangka panjang mie instan yang berlebihan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Tingginya kandungan garam, lemak, dan bahan pengawet dalam mie instan dapat meningkatkan risiko hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung jika dikonsumsi secara berlebihan. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi mie instan dalam batas wajar dan seimbang dengan asupan makanan sehat lainnya.

Klaim bahwa mie instan tidak bisa dicerna perut selama beberapa hari adalah mitos. Mie instan, seperti makanan lainnya, akan dicerna oleh sistem pencernaan dalam waktu yang wajar, yakni sekitar 24-48 jam. Namun, konsumsi mie instan yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, bijaklah dalam mengonsumsi mie instan dan pastikan untuk menjaga pola makan yang seimbang.

Dengan demikian, mitos mengenai mie instan yang tidak bisa dicerna selama beberapa hari telah terbantahkan berdasarkan fakta ilmiah. Namun, tetaplah menjaga pola makan yang seimbang demi kesehatan jangka panjang.

Sumber :

  • Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
  • Anderson, G. H., & Moore, S. E. (2004). Dietary proteins in the regulation of food intake and body weight in humans. Journal of Nutrition, 134(4), 974S-979S.
  • World Health Organization. (2018). Reducing salt intake in populations: report of a WHO forum and technical meeting. Geneva: WHO.
  • Brown, J. E. (2017). Nutrition through the Life Cycle. Cengage Learning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun